PROFIL ROCK CLIMBER STEPH DAVIS – RATU TEBING DI ANTARA DUA MAUT
Stephanie Davis adalah salah satu rock climber perempuan terkemuka di dunia. Meskipun mungkin tidak begitu setara dengan nama-nama seperti Lynn Hill dan Catherine Destivelle, namun Steph David juga berhasil menulis sejarah atas namanya sendiri. Ia memiliki kehidupan yang terjal, layaknya tebing tempat ia mendaki. Dengan agak berlebihan dan dramatis, ia bahkan dijuluki sebagai ratu tebing yang berdiri di antara dua kematian.
Profil Rock Climber Steph
Davis
Saya
pikir sangat tidak mudah menjadi seorang Steph Davis, bukan hanya dilihat dari
prestasi rock climbingnya yang luar biasa, namun juga dari kehidupan
pribadi yang dijalaninya.
Steph Davis memang sangat kuat dan tangguh di atas
tebing, namun dalam kehidupan di luar tebing, sosok Davis juga sangat kokoh.
Anda dapat membayangkan kehilangan dua orang suami dengan cara sama, dan itu
adalah salah satu drama hidup yang harus dialami oleh Steph Davis. Suami
pertamanya dan juga suaminya yang kedua, sama-sama tewas dengan cara yang sama,
cara yang ‘heroik’ dalam pandangan beberapa orang, namun juga jika diakui dengan
jujur, adalah sangat mengenaskan.
Suami Steph Davis yang pertama adalah Dean Potter,
seorang atlit rock climbing ekstrim, pionir dalam olahraga free base,
pionir dalam free solo, highliner, serta merupakan sosok yang akrab
dengan berbagai pendakian ekstrim dan sulit di Amerika. Sementara suami kedua
dari Steph adalah Mario Richard, seorang base jumper juga, atlit skydiving,
dan juga wingsuit player. Hal yang mengenaskan dari dua suami Steph Davis
adalah kematian mereka yang sama-sama karena terjatuh dari tebing saat sedang
melakukan base jumping.
Akan tetapi sebelum mungkin kita mengulas tentang
kehidupan rumah tangga Steph Davis yang tidak mudah, kita lebih dulu akan
mengulas sosok dan pribadi seorang Steph Davis-nya sendiri. Sebagai salah satu rock climber
papan atas Amerika dengan pencapaian yang sangat signifikan, Davis adalah
bagian tak terpisahkan dari parade pembuktian kepada dunia bahwa di atas
tebing, di atas gunung-gunung, wanita sama kuatnya dengan laki-laki. Atau pada
pengertian yang lebih istimewa, kadang bahkan bisa jauh lebih hebat daripada
rata-rata para pendaki gunung atau rock climber laki-laki.
Stephanie Davis lahir di Illionis, Amerika Serikat,
pada tanggal 4
November 1973. Davis sendiri merupakan
puteri dari seorang insinyur kelautan bernama Virgil, sementara ibunya
adalah seorang guru sekolah bernama Connie.
Baik Virgil (ayah Stephanie Davis) mau pun Connie
(ibunya), sama-sama tidak menyukai dunia rock climbing yang nantinya
akan menjadikan anak mereka terkenal ke seluruh dunia. Didukung oleh background
dan pengalaman masing-masing, baik Virgil mau pun Connie, menginginkan
Stephanie kecil menjadi seorang yang sukses dalam karir melalui pendidikan yang
ia terima.
Pendidikan, Musik dan Hidup Nomaden
![]() |
Source: Climbing Gold |
Perkenalan Davis dengan dunia rock climbing
jauh setelah ia berusia dewasa, sementara untuk masa kecilnya sendiri, Davis
bukanlah anak yang atletis dan suka berolahraga. Ketertarikan Davis kecil
adalah science dan juga musik, maka tak heran pula untuk prestasinya
dalam bidang ini cukup menonjol. Bahkan ketika usia 18 tahun ia berlatih
bermain piano selama 6 jam dalam satu hari. Selain piano, Davis juga saat itu
mempelari alat musik yang lain seperti seruling.
Namun cinta Stephanie Davis pada piano dan musik
tidak seperti cintanya pada rock climbing yang ia dapatkan
pertamakalinya pada kisaran tahun 1990-an. Tahun itu, saat sedang menempuh
pendidikan di Universitas Maryland, seorang teman mengenalkannya pada
aktivitas climbing,
dan sejak saat itu, cintanya kapada aktivitas panjat tebing berkobar. Bahkan
Davis kemudian sengaja mengikuti program pertukaran pelajar selama satu tahun
ke Colorado untuk bisa menyalurkan hasrat rock climbing-nya di wilayah
tersebut.
Setelah memperoleh gelar sarjana Bahasa Inggris
dari University of Maryland, Steph Davis kemudian meneruskan
pendidikannya untuk menjadi master Bahasa Inggris di Colorado State
University. Yang menarik dari pendidikan Stephanie Davis pada jenjang ini
adalah karena ia menulis tesis untuk S2-nya dengan tema tentang bagaimana
keadaan ekstrim dapat demikian besar mempengaruhi berbagai perubahan individu.
Setelah lulus, ada keinginan Davis untuk meneruskan
pendidikannya pada program Doktor atau S3, namun entah mengapa kemudian tidak
ia lakukan. Bahkan sekolah hukum yang sempat ia coba di Colorado juga, ia
hentikan setelah baru lima hari masuk
kuliah. Dunia pendidikan dan hukum nampaknya tidak semenarik rock climbing
bagi seorang Steph Davis.
![]() |
Source: Stephdavis.co |
Dalam keluarga,
pilihan Stephanie untuk menjadi seorang rock climber sama sekali
tidak memperoleh dukungan. Bagi ayah mau pun ibunya, menjadi pendaki gunung
sama sekali bukan pilihan yang mengesankan. Apalagi sekitar tujuh tahun selepas
menyelesaikan pendidikannya, Davis memilih gaya hidup nomaden dengan mobil
sebagai rumahnya. Ia berpindah dari satu objek rock climbing ke objek
lainnya, bekerja sebagai pemandu pendakian untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
Dalam pemikiran orang tua Davis yang konvensional
dan ‘lurus’, rock climbing sehebat apa pun itu, sama sekali bukan
sesuatu yang dapat dibanggakan. Mendaki gunung dan memanjat tebing pada salah
satu sudut pandang yang lebih unik, tak lebih dari sekedar melakukan hal-hal
bodoh yang berbahaya, juga menyia-nyiakan hidup dan masa depan.
Meskipun kemudian karir rock climbing
Stephanie Davis semakin gemilang dengan mendapat sponsor dari brand-brand
outdoor populer seperti Patagonia, Five Ten, Black Diamond dan juga Cliff
Bar, dukungan dari kedua orang tuanya tetap tidak mudah ia dapatkan. Dan
karena itulah sebabnya, Stephanie Davis seringkali merasa kesepian.
Pertemuan dan Perpisahan dengan Para Penerjun
![]() |
Dean Potter - Kletterzone |
Stephanie Davis dan Dean Potter bertemu
pertamakalinya pada tahun 1994, dan keduanya sama-sama tinggal di mobil untuk
mengejar obsesi mereka dalam rock climbing. Meskipun tidak tertarik
untuk menjalin hubungan asmara, namun pada akhirnya Davis tetap berpacaran
dengan Potter, keduanya menikah pada tahun 2002.
Meskipun menikah, hubungan rumah tangga antara
Potter dan Davis dapat dibilang rumit. Mereka jarang bersama layaknya sepasang
suami isteri, dan pada beberapa bagian, Stephanie bahkan menggambarkan
hubunganya dengan Dean Potter sebagai sebuah drama.
Pernikahan Steph Davis dan Dean Potter tak dapat
bertahan lebih lama lagi, pada tahun 2006 keduanya memutuskan bercerai setelah
mengalami beragam permasalahan yang pelik. Salah satu permasalahan yang cukup
populer itu adalah pemanjatan kontroversial yang dilakukan Dean di Delicate
Arch.
![]() |
Foto pemanjatan kontroversial yang dilakukan oleh Dean Potter, pemanjatan ini mengakibatkan ia kehilangan banyak sponsor - Sumber foto: East Bay Times |
Delicate
Arch sendiri adalah sebuah batuan
berbentuk gapura yang tedapat di Arches National Park, Utah, dan menjadi
landmark dari Taman Nasional Arches. Pada umumnya para rock climber
menyepakati bahwa Delicate Arch tidak boleh dipanjat, karena dikhawatirkan akan
merusakan struktur batuannya.
Meskipun demikian, tidak ada aturan yang khusus
melarang pemanjatan di formasi batuan yang sangat menarik ini. Sejak aksi Dean
Potter itu, pihak taman nasional kemudian melarang secara resmi pemanjatan di
Delicate Arch, dan di tempat lain dengan formasi batuan serupa yang
diperhitungkan berpotensi merusak objeknya.
Tahun 2011, lima tahun setelah perceraiannya dengan
Dean Potter, Steph Davis kemudian menikah dengan Mario Richard. Tragisnya pada
tahun 2013 tanggal 18 Agustus, Mario Richard tewas saat terjun menggunakan
wingsuit. Sementara itu pada tangga 16 Mei 2015, atau dua tahun setelah
kematian Richard, Dean Potter juga tewas dalam sebuah musibah yang sama dengan
yang merenggut nyawa Richard.
Tahun 2018, Stephanie Davis kemudian menikah untuk
ketiga kalinya. Suaminya saat ini adalah Mitchard, profesinya juga sama dengan
dua mendiang suami Davis yang dulu, yakni seorang base jumper dan wingsuit flyer.
Perjalanan dan Karier dalam Rock Climbing
![]() |
Source: Pinterest |
Dalam aktivitasnya sebagai rock climber,
Steph Davis membuat banyak sekali pencapaian yang mengagumkan.
Ia misalnya adalah perempuan pertama yang berhasil
memanjat rute Freerider dengan
grade 5.12d di El Capitan
dengan teknik free climbing.
Kemudian pada bulan Mei tahun 2004. Steph Davis kembali memanjat rute ini lagi
dan berhasil menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 24 jam. Pencapaian ini
tentu saja membuat nama Davis sebagai rock climber wanita kedua di dunia
(setelah Lynn Hill) yang berhasil memanjat El Capitan dalam waktu kurang dari
satu hari.
Satu tahun kemudian, atau tepatnya pada bulan
Oktober tahun 2005, Davis kembali membuat sejarah dengan menjadi rock
climber perempuan pertama di dunia yang berhasil menyelesaikan pemanjatan
di Salathe Wall Route dengan gaya free climbing.
Dibandingkan Freerider, Salathe Wall diklaim memiliki grade satu
tingkat lebih sulit, bahkan lintasan pemanjatannya nyaris berdiri tegak lurus
dengan panjang hampir satu kilometer.
Di Patagonia, Steph Davis juga mencatatkan namanya
dalam sejarah pendaki perempuan pertama yang berhasil mencapai puncak Torre
Egger. Selain di Torre Egger, Davis yang saat itu masih berpasangan dengan
Dean Potter, juga menyelesaikan pemanjatan di Cerro Standhart, dan Titanic.
Obsesi Kontrol dalam Free Solo
![]() |
Source: Steph Davis |
Hal menarik selanjutnya dalam rangkaian pencapaian rock
climbing seorang Stephanie Davis adalah pemanjatan dengan gaya yang disebut
free solo, yakni memanjat tebing dengan hanya mengandalkan tangan
kosong, kapur panjat, dan sepasang sepatu. Tidak ada tali dalam teknis free
solo, tidak ada juga harness, carabiner, camp, anchor, atau pun piton dan lain
sebagainya. Satu-satunya cara untuk tetap hidup dan terhindar dari maut dalam
free solo adalah jangan sampai terjatuh.
Free solo nampaknya menjadi trade mark
tersendiri dari seorang Steph Davis. Ia bahkan diklaim sebagai salah satu rock
climber free solo yang paling berpengalaman di dunia. Dan alasan Davis
melakukan jenis pendakian yang sangat berbahaya itu bukan karena obsesi atau
‘kegilaan menantang maut’, Davis menjelaskan bahwa alasan ia sangat meminati
free solo adalah faktor kontrol atau pengendaliannya. Ada kontrol fisik,
psikologis, mental, risiko dan lain sebagainya, dan karena alasan inilah Davis
menyukainya.
Tempat pertama di mana Davis memulai debut free
solonya adalah di Diamond Route, di Long Peak, Colorado. Kemudian ia
melanjutkan lagi di Kiener Route, Casual Route, dan di beberapa
tempat lain seputaran Long Peak. Tahun
2007, pencapaian ini Davis gandakan lagi dengan memanjat Pervertical
Sanctuary Route yang juga masih di Long Peak. Davis menjadi orang kedua di
dunia yang memanjat solo Pervertical Sanctuary setelah Derek Hersey.
Selain free solo, Stephanie Davis juga kerap
mengikuti ekspedisi mountaineering dan
rock climbing ke berbagai belahan dunia. Ia misalnya pernah mendaki ke
Patagonia, Kyrgystan, Italia, Pakistan, Baffin Island dan lain sebagainya. Bahkan di Patagonia, Steph Davis adalah
wanita Amerika pertama yang mencapai puncak Fitzroy (puncak tertinggi di
Patagonia). Dan tidak hanya Fitzroy, Davis juga menjejaki tujuh puncak utama
lain dari pegunungan Patagonia.
Sementara di Pakistan misalnya, Davis pernah
memanjat di Shipton Spire, Karakoram, melalui sebuah rute yang mereka
sebut Inshaallah dengan grade 5.12A. tempat lain yang pernah dikunjungi
Davis dalam ekspedisinya di Karakoram misalnya adalah Tahir Tower,
sebuah tempat yang sebelumnya belum pernah diidentifikasi sebagai objek rock
climbing atau mountaineering.
Melaju dalam Base jumping dan Menulis Buku
Stephanie Davis mengenakan pakaian wingsuit dan mempersiapkan diri sebelum melakukan lompatan base jumping - Sumber foto: Pinterest
Base
jumping juga menjadi bagian tak terpisahkan dari Steph Davis, ia melakukan
banyak sekali lompatan bahkan hingga sekarang. Tahun 2014 saja, ia melakukan base
jumping setidaknya 300 kali.
Tahun 2011, ia dan Mario Richard (suami keduanya)
mendirikan perusahaan MOAB Base Adventures yang menjadi perusahaan
pemandu panjat tebing dan base jumping pertama di Moab. Perusahaan milik
Davis dan suaminya ini menawarkan untuk terjun base jumping secara
tandem dengan profesional. Sayangnya pada saat Mario terjatuh ketika melakukan
penerjunan, bisnis ini juga seiring waktu, perlahan kehilangan performance-nya.
Dengan latar belakang sebagai sarjana Bahasa
Inggris, didukung pula kegemarannya membaca buku-buku karya penulis besar
seperti Jalaluddin Rumi, Thomas Coaghessan Boyle, Victor Vellasenor dan juga
Layton Kor, Stephanie Davis kemudian menulis buku yang bagus untuk rock
climbing.
Dua buku Davis yang cukup populer adalah; High Infatuation: A Climber's Guide to Love and Gravity, dan Learning to Fly: An Uncommon Memoir of Human Flight, Unexpected Love, and One Amazing Dog. Kedua bukunya ini berkisah tentang petualangan, pilihannya pada olahraga ekstrem, keberaniannya melawan rasa takut, dan juga pertanyaannya tentang makna kehidupannya sendiri.
Pencapaian dan Warisan Steph Davis
1996
- First
all female ascent rute Obelisk IV di The Diamond, Long Peak
,Colorado, bersama dengan Elaine Lee.
- First
female ascent di rute Trick Are for Kids di Indian Creek,
Moab, Utah.
1997
- First
free ascent French Route di Peak 3850, Kyrgystan,
bersama dengan Kennan Harvey.
- First
free ascent Big Yellow Moon, Peal 3850, Kyrgystan,
masih bersama Kennan Harvey.
1998 – Pemanjatan di rute Inshallah, di
Shipton Spire, Pakistan, bersama dengan Kennan Harvey dan Seth Shawa, third
ascent.
1999 – Pemanjatan rute baru yang diberi nama Zen
and the Art of Leadership di Joshua Tower, Baffin Island, bersama dengan
Rush Mitrovich dan Brandon Kannier.
2000
- First
ascent di Tahir Mountain, Pakistan, bersama dengan Jimmy Chin, Dave Anderson,
dan Brady Robinson, membuat sebuah rute yang diberi nama All Quiet in the
Eastern Front.
- First
free ascent bersama Kenny Yaeger di rute Chouinard-Herbert,
Sentinel, Lembah Yosemite.
- Pemanjatan rute Zodiac di El Capitan, Yosemite. Dalam pemanjatan ini Davis bersama dengan Bell Cost, seorang penderita lumpuh, dan ini menjadikan pemanjatan pertama rock climber lumpuh di rute tersebut.
2001 – Rute baru yang diberi nama The
Potter-Davis Route di sisi utara Poincenot, Patagonia, bersama dengan Dean
Potter.
![]() |
Source: Gripped Magazines |
2002
- Menjadi pendaki perempuan pertama yang berhasil mendaki keseluruhan tujuh gunung utama di Fitzroy Massif, Patagonia. Juga pemanjatan di Red Pillar Route, Aguja Mermoz.
- First
free ascent di The Epitaph, Tombstone, Utah, bersama
dengan Dean Potter.
2004
- Perempuan pertama yang memanjat rute Freerider VI di El Capitan, Yosemite.
- Perempuan pertama yang memanjat The Crackhouse, Moab, Utah.
2005
- First
free ascent bersama Dean Potter di The Thombstone,
Moab, Utah.
- Perempuan pertama yang memanjat rute Salathe Wall di El Capitan, Yosemite.
- Perempuan pertama yang mencapai puncak Torre Egger di Patagonia. Sekaligus juga pemanjatan pertama dalam satu hari rute Titanic ED dengan panjang lintasan lebih dari satu kilometer, pemanjatan ini dilakukan Davis bersama Dean Potter.
2008 – Menyelesaikan rute Concepcion di
Moab, Utah, menjadi orang ketiga yang berhasil menyelesaikan rute ini.
Pemanjatan Solo
- 1997 – Rope solo ascent di A Thousand Year of Russian Christianity di Peak 4520, Kyrgystan.
- 1999 – Free solo ascent di Coyne Crack Route dan Scarface Route, Moab, Utah.
- 2007 - Free solo ascent di Casual Route dan Free solo ascent di Pervertical Sanctuary Route, semuanya ada di The Diamonds, Longs Peak, Colorado.
- 2008 – Pemanjatan Wajah Utara Castleton Tower di Moab, Utah. Steph Davis melakukan pemanjatannya secara free solo dan turun dengan base jumping.
Buku
- High
Infatuation: A Climber's Guide to Love and Gravity, dirilis tahun 2007.
- Learning to Fly: An Uncommon Memoir of Human Flight, Unexpected Love, and One Amazing Dog, dirilis tahun 2013.
Artikel ini dikutip dari buku Dewi Gunung karya Anton Sujarwo
- Wajah Maut Mountaineering Indonesia
- Dunia Batas Langit
- Mahkota Himalaya
- Merapi Barat Daya
- Maut Di Gunung Terakhir
- MMA Trail
- Sejarah Pendakian Tebing Utara
- 9 Puncak Seven Summit
- Dewi Gunung
- Gunung Kuburan Para Pemberani
- Hari Terakhir Di Atas Gunung
- Mimpi Di Mahameru
Semua buku-buku tersebut dapat diperoleh dengan mudah di beberapa marketplace atau langsung melalui tautan aplikasi whatsapp disini.
Tulisan saya yang lainnya juga bisa ditemukan
di:
Terimakasih telah mengunjungi Arcopodo Journal
Posting Komentar untuk "PROFIL ROCK CLIMBER STEPH DAVIS – RATU TEBING DI ANTARA DUA MAUT"