KISAH PENDAKI GUNUNG KOREA DAN KONTROVERSI SI WANITA BESI
Pendaki wanita dari Korea Selatan ini dijuluki sebagai si Wanita Besi karena ketangguhannya mendaki berbagai puncak tertinggi di dunia. Ia walaupun sangat tangguh di atas gunung, namun tak dapat bertahan ketika satu kontroversi menyerangnya di puncak Kangchenjunga.
Siapakah si Wanita besi ini dan bagaimana perjalanan
pendakiannya yang mengagumkan?
Berikut profilnya veris Arcopodo Journal.
Profil Oh Eun Sun; Dewi
Pendaki Gunung dari Korea
Source: Desnivel.com |
Agak sulit untuk menuliskan kisah dan profil
pendaki gunung wanita dari Korea Selatan satu ini tanpa memberi porsi yang
besar pada kontroversi yang melingkupinya terkait pendakiannya di Kangchenjunga
yang memiliki status ‘dipertanyakan’.
Padahal selain cerita tentang puncak Kangchenjunga
yang tertutup badai itu, Oh Eun Sun masih memiliki banyak prestasi
mountaineering yang tidak kalah mengagumkan. Di Korea Selatan, ia adalah dewi
mountaineering yang pertama, selain sirkuitnya di fourteen eight thousanders,
Eun Sun juga adalah perempuan Korea Selatan pertama yang berhasil menyelesaikan
grand slam seven summit.
Oh Eun Sun lahir di kotan Namwon, Jeollabuk-do,
Korea Selatan, pada 5 Maret 1966. Sebelum benar-benar terjun secara totalitas
dalam mountaineering, Eun Sun pernah belajar di University of Suwon dan menyelesaikan
pendidikannya sebagai seorang insiyur teknik. Dalam fase pioneering pendaki gunung wanita berburu puncak 8.000 dan
mengumpulkannya secara komplit, Eun Sun satu masa dengan nama-nama seperti Edurne
Pasaban, Gerlinde Kaltenbrunner, Nives Meroi, dan Go Mi Young yang juga berasal
dari Korea Selatan.
Dari sisi pencapaian terbesar dalam perjalanan
mountaineering yang ia jalani, tentu kita dan publik peminat mountaineering mungkin bersepakat bahwa mendaki 14 gunung
tertinggi di dunia adalah prestasi terbesar seorang Oh Eun Sun.
Terlepas dari kontroversi pemuncakannya di
Kangchenjunga, terlepas dari pilihan gayanya mendaki gunung menggunakan bantuan
sherpa dan tabung oksigen, dan terlepas pula dengan catatan beberapa
pendakiannya yang menggunakan helikopter untuk di drop ke base camp gunung
delapan ribu meter tujuannya, Oh Eun Sun tetap adalah seorang pendaki gunung
wanita yang tangguh di dunia. Keberhasilannya di 14 gunung delapan ribu meter
dan juga seven summit adalah bukti akurat bahwa Eun Sun merupakan pendaki
gunung perempuan yang layak untuk dihormati.
Rivalitas Sengit di Atas 14
Puncak Dunia
![]() |
Source: Taipei Times |
Topik yang paling banyak diulas ketika nama Oh Eun
Sun disebut adalah rivalitas yang terjadi dalam memperebutkan posisi sebagai
wanita pertama di dunia yang berhasil mendaki 14 puncak delapan ribu meter
secara lengkap.
Rivalitas yang terjadi ini setidaknya menyeret 4
nama yang paling dominan yakni; Oh Eun Sun dari Korea, Edurne Pasaban dari
Spanyol, Gerlinde Kaltenbrunner dari Austria dan, Nives Meroi dari Italia.
Empat nama inilah yang secara dominan dianggap sebagai pemain utama kompetisi first
female ascent of fourteen eight thousanders.
Sebelum nama-nama ini muncul, sebenarnya ada
nama-nama lain yang juga tidak kalah populer. Sebut saja dalam barisan
nama-nama yang lebih dulu ini adalah Wanda Rutkiewicz dari Polandia, Ginette
Harrison dari Inggris, atau Chantal Mauduit dari Perancis, Go Mi Young dari
Korea, dan lain sebagainya.
Secara umum dari sisi waktu, nama-nama ini lebih
dulu datang ke Himalaya dan mencoba menggapai beberapa gunung delapan ribu
meter di sana. Namun keberuntungan untuk menjadi perempuan yang mampu mendaki
14 puncak delapan ribu meter tidak ada dalam hidup mereka, karena semua
nama-nama ini kemudian tewas dalam pendakian mereka di Himalaya.
Jejak Pendakian Oh Eun Sun
di Mahkota Himalaya
![]() |
Source: IMGCAS |
Dalam debutnya di puncak delapan ribu meter
Himalaya, Eun Sun memulainya dengan berhasil mencapai puncak Gasherbrum II di
Karakoram pada tanggal 17 Juli 1997. Pendakian Eun Sun di Gasherbrum II ini
dilakukannya tanpa menggunakan tabung oksigen, dan ini juga merupakan pendakian
pertamanya di gunung dengan ketinggian delapan ribu meter.
Setelah selesai di Gasherbrum II, Eun Sun kemudian
mencoba Makalu, Broad Peak dan juga K2, namun ketiga upayanya ini gagal semua.
Keberhasilan puncak delapan ribu meter selanjutnya
terjadi pada tahun 2004 ketika Eun Sun berhasil mencapai puncak Everest. Di
Everest, Eun Sun melakukan pendakiannya menggunakan tabung oksigen, hal yang sama
seperti dilakukan oleh Edurne Pasaban.
Koleksi puncak delapan ribu meter Eun Sun ini
kembali bertambah pada tahun 2006 ketika ia berhasil mencapai puncak gunung
Shishapangma sebagai puncak 8.000 meter ketiga dalam daftar miliknya.
Tahun 2007 koleksi puncak delapan ribu meter milik
Eun Sun kembali bertambah dengan keberhasilannya mencapai puncak K2 dan Cho
Oyu. Kemudian setahun setelahnya atau 2008, secara signifikan Eun Sun menambah
koleksinya dengan empat puncak delapan ribu meter yang lain yakni; Makalu,
Manaslu, Broad Peak dan Lhotse.
![]() |
Source: Bersteigen |
Dengan pencapaian yang outstanding itu, Oh Eun Sun
kemudian secara luas dikenal dengan julukannya sebagai The Iron Woman,
atau kadang juga dijuluki sebagai Squirrel.
Koleksi Eun Sun kemudian bertambah lagi pada tahun
2009 ketika ia berhasil mencapai puncak Nanga Parbat dan Dhaulagiri. Dan pada
tahun 2010, Eun Sun menyelesaikan debut 8.000 meternya dengan memuncaki dua
gunung terakhir, yakni Hidden Peak (Gasherbrum I) dan Annapurna I.
Dengan tercapainya empat belas puncak delapan ribu
meter oleh Eun Sun ini, ia kemudian mengklaim sebagai perempuan pertama di
dunia yang berhasil mencapai prestasi tersebut. Bahkan di Annapurna yang
merupakan puncak terakhir dalam sirkuit yang ia jalani, Eun Sun sempat
melakukan live report untuk salah satu stasiun televisi di Korea.
Kontroversi Puncak Kangchenjunga
Source: Explorerweb |
Permasalahan utama dari pendakian empat belas puncak delapan ribu meter yang dilakukan oleh Oh
Eun Sun adalah status pendakiannya di Kangchenjunga yang merupakan gunung
ketiga tertinggi di dunia. Menurut Edurne Pasaban dan timnya, pendakian Eun Sun
di Kangchenjunga tidak mencapai puncak lantaran terhalang badai. Bukti yang
dikemukakan Pasaban untuk interupsi adalah informasi para sherpa dan juga foto
Eun Sun sendiri.
Dalam sebuah foto yang menjadi foto puncak milik
Eun Sun, nampak pendaki perempuan Korea Selatan itu berdiri di atas sebuah
tepian batu dan salju dengan sekelilingnya yang tertutup warna putih. Bagi
Pasaban dan orang-orang yang meragukan
status pemuncakan Eun Sun, tempat foto itu diambil bukanlah puncak
Kangchenjuga, melainkan sebuah tempat di jalur Kangchenjunga yang jaraknya ke
puncak masih seratusan meter lagi.
Bukti lain yang diajukan oleh Pasaban dan timnya
adalah pernyataan para sherpa yang mengantar Eun Sun sendiri. Menurut beberapa
sherpa yang menemani Eun Sun saat itu, Eun Sun berhenti sekitar 150 meter sebelum
mencapai puncak Kanchenjunga lantaran terhalang badai yang mengamuk.
Namun yang membuat kemelut ini agak berkepanjangan
karena semula Edurne Pasaban menolak memberi nama siapa saja nama sherpa-sherpa
yang memberikan informasi seperti itu kepadanya.
Belakangan Edurne Pasaban mengatakan bahwa alasan
ia belum mau menyebutkan nama-nama sherpa tersebut adalah karena para sherpa
itu sendiri masih bekerja untuk ekspedisi Korea yang lain. Jadi pada titik ini
Pasaban ingin mengatakan bahwa jika ia menyebut nama para sherpa tersebut, bisa
saja akan membuat sherpa-sherpa itu kehilangan pekerjaan mereka.
Source: Explorerweb |
Mendapat serangan seperti ini yang mempertanyakan
keabsahan pemuncakannya di Kangchenjunga, Eun Sun kemudian melakukan beberapa
pembelaan yang salah satunya adalah pertemuannya dengan Elizabeth Hawley di
Kathamandu.
Penuturan Eun Sun pada Hawley tentang pendakiannya
di Kangchenjunga pada akhirnya juga membingungkan Hawley. Karena menurut
keterangan Hawley setelahnya, apa yang dituduhkan oleh Pasaban dan tim Spanyol,
sama sekali berbeda dengan penuturan Eun Sun sendiri.
Kontroversi ini seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, akhirnya memantapkan nama Edurne Pasaban sebagai perempuan pertama
di dunia yang mencapai secara lengkap dan meyakinkan 14 puncak delapan ribu
meter di Himalaya. Sementara untuk Oh Eun Sun terpaksa tersingkir dari prestasi
tersebut. Pembuktian pemuncakannya di Kangchenjunga yang dianggap kurang meyakinkan,
pada akhirnya membuat nama Eun Sun tersingkir dari list yang spektakuler ini.
Meskipun demikian, meskipun klaimnya di
Kangchejunga dianggap cacat, namun tak bisa ditampik pula bahwa Oh Eun Sun
adalah salah satu pendaki gunung wanita terkuat yang pernah ada. Pencapaiannya
sebagai seven summiter pertama wanita Korea dan juga pendakiannya di empat
belas puncak raksasa Himalaya telah menjadi bukti akurat ketangguhannya di atas
gunung.
Pencapaian dan Warisan
![]() |
Source: Spiegel |
Fourteen eight thousanders;
- Gasherbrum II, 17 Juli 1997.
- Everest, 20 Mei 2004 (menggunakan tabung oksigen)
- Shishapangma, 3 Oktober 2006
- Cho Oyu, 8 Mei 2007.
- K2, 20 Juli 2007 (menggunakan tabung oksigen)
- Makalu, 13 Mei 2008.
- Lhotse, 26 Mei 2008.
- Manaslu, 12 Oktober 2008.
- Dhaulagiri, 21 Mei 2009.
- Nanga Parbat, 10 Juli 2009.
- Gasherbrum I (Hidden Peak), 3 Oktober 2009.
- Annapurna I, 27 April 2010.
Seven Summit:
- 2002: Elbrus
- 2003: Denali
- 2004:
- Aconcagua,
- Kilimanjaro,
- Vinson Massif,
- Kosciuszko,
- Everest.
—:::—
Artikel ini dikutip
dari buku berjudul Dewi Gunung Karya Anton Sujarwo
—:::—
- Wajah Maut Mountaineering Indonesia
- Dunia Batas Langit
- Mahkota Himalaya
- Merapi Barat Daya
- Maut Di Gunung Terakhir
- MMA Trail
- Sejarah Pendakian Tebing Utara
- 9 Puncak Seven Summit
- Dewi Gunung
- Gunung Kuburan Para Pemberani
- Hari Terakhir Di Atas Gunung
- Mimpi Di Mahameru
Semua buku-buku tersebut dapat diperoleh dengan mudah di beberapa marketplace atau langsung melalui tautan aplikasi whatsapp disini.
Tulisan saya yang lainnya juga bisa ditemukan
di:
Terimakasih telah mengunjungi Arcopodo
Journal.com
Posting Komentar untuk "KISAH PENDAKI GUNUNG KOREA DAN KONTROVERSI SI WANITA BESI"