Pengertian, Konsep, dan Ide Dasar MMA Trail
|
Dalam
buku Wajah Maut Mountaineering Indonesia (WMMI), saya sebenarnya telah mengulas
ide tentang sebuah rute hiking yang ada di Jawa Tengah ini. Dalam buku itu saya
sudah cukup banyak menjelaskan seluk beluk dan konsep dasar dari munculnya ide
yang kemudian saya sebut sebagai MMA Trail, atau Merapi Merbabu
Andong Hiking Trail. Awalnya ide ini hanya mengambil tiga point utama saja
sebagai rute tujuan, yakni Gunung Merapi, Gunung Merbabu dan Gunung Andong.
Meskipun eksotisme ketiga gunung ini sudah sangat populer di kalangan para
peminat aktivitas hiking tanah air, khususnya Pulau Jawa, namun untuk dijadikan
sebagai sebuah destinasi rute hiking yang memberi penawaran nuansa bertualang
yang berbeda, itu nampaknya belum cukup. Telah banyak orang yang melakukan
pendakian Double M (Merapi-Merbabu), dan itu bukanlah sesuatu yang
spesial lagi meskipun tentu saja masih sangat menarik. Untuk dapat dijadikan
sebagai sebuah sirkuit baru yang berbeda dan istimewa, MMA Trail belum cukup
untuk ditawarkan jika hanya dengan format demikian saja.
Saya kembali melihat peta
propinsi Jawa Tengah, untuk melihat apa yang dapat dikembangkan lagi supaya
bisa menjadi sesuatu yang lebih menarik sebagai bagian dari ide MMA Trail. Saya
kemudian melihat Danau Rawapening di Ambarawa, Gunung Telomoyo dengan dua
bagian puncaknya yang cantik, sebuah kawasan sentral wisata bernama Sepakung
kaki Gunung Telomoyo yang juga penuh dengan daya tarik. Jadi kemudian muncullah
ide untuk menyambungkan konsep MMA Trail sebelumnya1.1 dengan
beberapa destinasi lain1.2 yang lebih kompleks.
Dengan masuknya Gunung
Telomoyo, Desa Sepakung, dan Danau Rawapening sebagai bagian dari konsep MMA
Trail, maka sirkuit ini dengan berbagai pembenahan saya kira cukup menarik dan
memenuhi syarat untuk kemudian dijadikan sebagai salah satu pilihan baru
destinasi berpetualang.
Jika pada konsep MMA Trail
sebelumnya hanya diperlukan waktu 3 sampai 5 hari perjalanan untuk
diselesaikan1.3, maka waktu ini bertambah nyaris dua kali lipat
setelah konsep disempurnakan. Dan untuk ukuran para peminat aktivitas pendakian
gunung atau pun hiking di Indonesia jika kita lihat secara garis besar, sebuah
perjalanan mendaki selama satu minggu hingga sepuluh hari, sebenarnya sudah
cukup dikatakan lama.
Apalagi jika selama perjalanan waktu tersebut, semuanya
dilakukan dengan berjalan kaki. Atau sama sekali tidak menggunakan moda
kendaraan apa pun. Dan konsep seperti ini dengan berbagai penambahan ‘aksesoris’
yang dibenahi kemudian, akan menjadi sebuah gaya bertualang yang menyenangkan
di tengah kebosanan para pegiat alam Indonesia yang mendaki gunung dengan ritme
dan model
yang begitu-begitu saja.
Buku MMA Trail yang sudah dirilis dilengkapi peta, jurnal perjalanan, novel, serta informasi open trip MMA Trail. Buku ini bisa didapatkan disini.
MMA Trail dalam konsep yang saya
pikirkan akan menjadi sebuah model hiking enchainment yang menyenangkan
dan menantang. Setiap orang yang melakukan MMA Trail akan menyusuri jalan
hampir sejauh 150 kilometer dengan kontur medan dan bentang alam yang sangat
beragam. Konsep hiking ini menawarkan mendaki empat gunung sekaligus dengan vertical
gain nyaris mencapai 9000 meter, serta menyusuri jalan setapak dan medan
tempuh yang sangat variatif. Kontur dan pemandangan alam yang ditawarkan oleh Gunung
Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, Desa Sepakung dan juga Danau
Rawapening akan menjadi sebuah parade yang sangat menyegarkan untuk dinikmati.
Secara garis besar konsep MMA
Trail ini tak jauh berbeba dengan multi days hiking pada umumnya.Konsep
ini adalah sebuah perjalanan mendaki gunung dan menyusuri danau secara beruntun
atau berturut-turut dengan metode full hiking, atau berjalan kaki secara total.
Pada skala yang lebih besar metode dan konsep ini sama seperti yang ada pada
rute hiking kelas dunia semacam Pacific Crest Trail (PCT), Appalachian
Trail (AT), Continental Devine Trail (CDT), El Camino,dan lain semacamnya.
Hanya
saja MMA Trail tentu saja memiliki ukuran yang lebih kecil dan singkat, baik
dari sisi waktu mau pun rute yang ditempuh. Meskipun demikian, ini sama sekali
bukan berarti MMA Trail tidak menarik untuk dilakukan. Kita akan lihat nanti,
justru jarak yang tidak terlampau jauh dan waktu yang tidak terlalu lama ini lah
yang menjadi salah satu daya tarik utama dari perjalanan dan konsep MMA Trail.
Pada rute-rute hiking kelas
dunia dengan waktu tempuh yang lama dan jarak yang sangat jauh (LDHT atau Long
Distance Hiking Trail), satu rute hiking kadang bisa memakan waktu hingga
berminggu-minggu bahkan bisa juga berbulan-bulan. Hal ini tentu saja menjadi
sebuah kesulitan tersendiri bagi orang yang mungkin tidak memiliki cukup banyak
waktu lantaran kesibukan dan aktivitas mereka.
Selain waktu tempuh yang lama,
kesulitan lain adalah tentu saja keharusan memiliki kondisi tubuh yang sangat
prima dan kuat untuk dapat menyelesaikan sebuah rute hiking yang waktunya lebih
dari satu bulan berjalan kaki. Meskipun tentu saja, tekad dan niat yang teguh
serta konsisten adalah kunci utama dari kesuksesan menyelesaikan rute hiking
mana pun.
Pada MMA Trail, waktunya adalah
pendek dan singkat jika dibandingkan dengan rute-rute raksasa semacam AT dan
PCT. Namun jika dibandingkan dengan gaya mendaki gunung Indonesia yang umum1.4,
maka MMA Trail dapat digolongkan sebagai sebuah pilihan yang cukup serius. Dan
jika dibandingkan dengan rute hiking lain yang memakan waktu selama satu pekan
sampai sepuluh hari, maka MMA Trail ini mungkin dapat kita setarakan. Setidaknya
dari durasi waktu tempuh, dan juga jauh jarak yang dilalui.
Jadi dengan melihat
tiga perbandingan sederhana ini, kita mungkin dapat menempatkan MMA Trail
sebagai sebuah rute hiking yang ideal dan sedang. Dan lantaran itulah ia akan
sangat menarik untuk dilakukan setiap orang.
Ide dasar saya menggagas dan kemudian membuat
rute MMA Trail ini tentu saja tidak jauh datangnya dari rute-rute hiking serupa
yang sudah mendunia dan populer. Saya pernah menonton film Wild yang
dibintangi oleh Reese Whitherspoon yang menceritakan perjalanan kisah nyata
seorang Cheryl Strayed menyusuri PCT yang kemudian mengubah pemikiran dan juga
cara pandangnya terhadap kehidupan. Saya pernah menonton film berjudul The
Way yang dibintangi oleh Martin Sheen yang menyusuri rute El Camino di
Spanyol dalam upaya menapaki jejak-jejak anak lelakinya yang tewas di sana. Saya
juga pernah menonton film Track yang dibintangi oleh Mia Wasikowska yang
mengisahkan petualangannya membelah padang gurun nan luas di Australia bersama
unta-untanya.
Sementara pada bacaan dan literasi saya menemukan lebih banyak
lagi kisah-kisah petualangan menyusuri rute yang panjang di antara kerimbunan
alam raya yang indah dan penuh pengajaran. Meskipun tidak sepopuler film-fim
yang disebutkan di atas, namun bacaan-bacaan tersebut telah membekas dan
membuat jejak inspirasi dalam kepala saya.
Lintasan terakhir rute MMA Trail menuju garis finish di Jembatan Biru, Danau Rawapening.
Terinspirasi dari konsep perjalanan Martin Sheen
di El Camino, terbayang pula dengan segala kondisi yang dihadapi oleh Cheryl di
PCT, terpengaruh pula oleh tekanan dan segala depresi yang melanda Mia bersama
unta-untanya, saya kemudian memikirkan sebuah ide yang sama untuk dilakukan di
Indonesia. Mengapa tidak kita buat sebuah rute hiking yang sama di Indonesia?
Yang indah, yang menantang, yang populer, dan yang juga mungkin akan memberi
sedikit ‘pencerahan point of view’ bagi seseorang yang menjalaninya?
Memang MMA Trail tidak akan setara dengan
rute-rute hiking raksasa tersebut, namun bukankah MMA Trail juga tetap sebuah
rute hiking yang butuh dilalui berhari-hari untuk menyelesaikannya? Dan yang
paling penting mungkin adalah kita akan memiliki sebuah pilihan destinasi baru
cara bertualang di Indonesia. Dengan lokasi-lokasi yang memang sudah populer,
pemandangan melankolis yang sangat romantis, hospitality masyarakat yang sangat
humanis, saya yakin MMA Trail akan menjadi salah satu rute hiking yang sangat
menginspirasi untuk dilakukan.
Jadi dapat saya simpulkan di sini, bahwa ide MMA
Trail itu hadir dari pengaruh banyak hal, termasuk film-film dan buku yang saya
saksikan dan saya baca. Film Track, Wild,dan The Way jelas
memiliki pengaruh yang besar dalam menginspirasi saya menggagas rute MMA Trail.
Sementara bacaan-bacaan tentang profil LDHT dan hiker-hiker yang menelusurinya
juga menjadi bagian penting dari referensi saya dalam memikirkan kemudian menggagas ide tentang MMA Trail ini.
Foot note:
1.1 Merapi, Merbabu dan Andong.
1.2 Gunung Telomoyo, Desa Sepakung, dan Danau Rawapening.
1.3 Berdasarkan waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh para pendaki, baik yang cepat mau pun yang bergerak lebih santai.
1.4 Mendaki malam hari untuk mengejar sunrise kemudian turun pada pagi atau siang harinya. Atau mungkin yang lebih lama dari itu semacam dua atau tiga hari pendakian.
Posting Komentar untuk "Pengertian, Konsep, dan Ide Dasar MMA Trail"