JALAN BUNTU PARA PENDEKAR ES
Denis Urubko dan Simone More, dua pendaki musim dingin gunung delapan ribu meter Himalaya yang terkuat saat ini
Semua gunung delapan
ribu meter yang masuk dalam list fourteen eight thousander telah berhasil
didaki pada musim dingin, kecuali K2. Chogo
Ri atau K2 adalah satu-satunya puncak gunung delapan ribu meter yang belum bisa
digapai pada musim dingin hingga detik ini.
Perlombaan untuk menjadi winter first
ascent gunung delapan ribu meter adalah sebuah kompetisi yang panas sekaligus
sportif. Animo para mountaineer dan pendaki kelas dunia untuk mengikuti
kompetisi ini biasanya begitu
tinggi, dan pristiwa serupa mungkin dapat kita lihat contohnya dalam
sejarah pendakian musim dingin Nanga Parbat. Sebelum berhasil dimenangkan oleh
tim internasional gabungan antara Simone Moro (Italia), Alex Txikon (Spanyol), Hasan Sadpara
(Pakistan) dan Tamara Lunger (Italia) pada 26 Februari 2016, perlombaan untuk
mencapai puncak Nanga Parbat di musim dingin telah berlangsung sekitar hampir
30 tahun, tepatnya sejak tahun 1988/1989. Jika kita melihat lebih teliti
sejarah-sejarah pendakian musim dingin di gunung delapan ribu meter Himalaya, memang
ada beberapa negara yang tampaknya memiliki peran dan ketertarikan yang besar
di dalamnya. Salah satu dari banyaknya peserta kompetisi winter ascent ini,
sebut saja Polandia yang memiliki begitu banyak pendaki gunung yang dapat
dikatakan sebagai jawara pendakian
musim dingin. Nama seperti Jerzy Kukuczka atau Jurek adalah salah satu yang
paling tangguh dari Polandia, dalam tour empat belas puncak delapan ribu
meternya Kukuczka menciptakan tiga pendakian first ascent di musim dingin
dengan jalur baru, satunya lagi ia lakukan melalui jalur normal. Tak heran,
atas kemampuannya ini, Jerzy Kukuczka dinobatkan sebagai salah satu pentolan dari sekumpulan kecil
orang-orang hebat yang dijuluki sebagai ‘ice warrior’ atau ‘para pendekar es’.
Selain Kukuczka, nama Krzysztof
Wielicki juga menjadi salah satu pendekar es yang masih eksis hingga sekarang.
Meskipun lebih banyak bertindak sebagai pemimpin ekspedisi, Wielicki tak dapat
dilupakan dari sejarah dan kemampuan luar biasanya dalam memanjat gunung
delapan ribu meter pada musim dingin. Andrzej Zawada juga adalah pendekar es
lain dari Polandia yang juga memiliki kemampuan spektakuler dalam pendakian di
musim dingin. Kepemimpinan Zawada dalam berbagai
ekspedisi di tahun 1990-an
membuktikan bahwa gelar ice warrior untuk para pendaki Polandia bukanlah
sebutan yang berlebihan. Saat ini Wielicki dapat dibilang adalah sosok
pengganti Zawada dalam hal memimpin ekspedisi pendakian puncak tinggi Himalaya
pada musim dingin.
Dari empat belas puncak delapan ribu
meter di Himalaya, sepuluh atau lebih dari setengah pendakian pertama musim
dinginnya diraih oleh tim Polandia. First winter ascent Puncak Everest diraih oleh para
pendekar es Polandia pada 17 Februari 1980, dilanjutkan dengan first winter
ascent Manaslu pada 12 Januari 1984, kemudian first winter ascent Dhaulagiri 21
Januari 1985, first winter ascent Cho Oyu pada 12 Februari 1985, first winter
ascent Kangchenjunga pada 11 Januari 1986, first winter ascent Annapurna pada 3
Januari 1987, disusul kemudian oleh first winter ascent Lhotse pada 31 Desember
1988, kemudian first winter ascent Shishapangma pada 14 Januari 2005 (dipuncaki
oleh Piotr Morawski dari Polandia dan Simone Moro dari Italia), first winter
ascent Gasherbrum I atau Hidden Peak pada 9 Maret 2012, dan yang terakhir
adalah first winter ascent Broad Peak pada tanggal 5 April 2013 oleh empat
ksatria es Polandia (Maciej Berbeka, Tomasz Kowalski, Adam Bielecki dan Artur
Malek. Sayangnya Berbeka dan Kowalski hilang saat perjalanan turun).
Sepuluh first winter ascent oleh
Polish Team ini selama kurun waktu tahun 1980 hingga 2013 menjadikan tim
pendaki musim dingin Polandia diakui atau tidak adalah yang terbaik, terhebat
dan terkuat dari semua tim lain di seluruh dunia. Pencapaian-pencapaian fisrt
winter ascent sepuluh puncak delapan ribu meter dari parade crown of Himalaya
oleh para pendekar es Polandia ini tentu merupakan sebuah bukti dan sekaligus
reputasi yang tak bisa diperdebatkan akan keperkasaan tim Polandia dalam
kompetisi pendakian musim dingin di Himalaya.
Namun di K2, keperkasaan para pendekar
es Polandia masih menemukan jalan buntu yang belum dapat diselesaikan.
Setidaknya sudah tiga kali ekspedisi yang signifikan dilakukan oleh tim
Polandia di K2 yang berbuah kegagalan. Bahkan para pendaki terbaik dari
Polandia seperti Andrzej Zawada dan Krzysztof Wielicki sudah mencoba kemampuan
mereka di K2 beberapa kali, namun puncak K2 di musim dingin tetap tak tersentuh
hingga sekarang.
Pada musim dingin tahun 1987/1988
adalah untuk pertama kalinya tim pendaki es Polandia menjajal kemampuan mereka
di K2. Andrzej Zawada yang diserahi tugas untuk memimpin ekspedisi gabungan
antara Polandia, Kanada dan Inggris saat itu mengambil sisi Pakistan untuk
melakukan pendakian. Total ekspedisi ini berjumlah 24 orang pendaki (tidak
termasuk Sherpa dan porter yang mungkin diikutkan), ada 13 pendaki Polandia, 7
pendaki Kanada dan 4 pendaki Inggris. Pada ekspedisi ini Krzysztof Wielicki dan
Leszek Cichy berhasil mendaki hingga ketinggian 7.300 meter dan mendirikan Camp
3 di sana. Beberapa hari kemudian Roger Mear dan Jean Francois Cagnon berhasil
menyusul Wielicki dan Cichy ke camp 3, namun sebelum empat orang pendaki ini bisa
mendaki lebih tinggi lagi, badai dan radang dingin memksa mereka mundur.
Krzysztof Wielicki kembali lagi ke K2
pada musim dingin tahun 2002/2003 dalam sebuah ekspedisi yang diberi label Netia K2 Polish Expedition. Ada empat
belas orang pendaki Polandia yang ikut berpartisipasi dalam ekspedisi ini,
ditambah dengan empat orang dari Kazakhstan, Uzbekistan dan Georgia. Ekspedisi
pimpinan Wielicki ini mengambil punggungan utara K2 sebagai pilihan jalur naik.
Marcin Kaczkan, Piotr Morawski dan Denis Urubko berhasil mencapai ketinggian
7.650 meter dan membangun camp 4 di
sana. Final push atau summit attack direncanakan akan dilakukan oleh Denis
Urubko dan Marcin Kaczkan, akan tetapi sebelum rencana ini berhasil dilakukan,
camp 4 Denis Urubko
dan timnya porak-poranda dihantam badai. Selain itu, cerebral edema yang mulai
mempengaruhi Kaczkan membulatkan keputusan Wielicki untuk menarik mundur para
pendakinya dari punggungan utara K2 sesegera mungkin.
Sekitar sembilan tahun setelah
ekspedisi Polandia di K2 pimpinan Wielicki, pada musim dingin tahun 2011/2012
giliran sembilan pendaki Rusia yang mencoba keberuntungan mereka di dinding
beku K2. Para pendaki dari Negeri
Beruang
Merah
ini berhasil mencapai ketinggian 7.200 meter melalui rute Abruzzi Spur. Namun
tak lama kemudian, Vitaly Gorelik, Valery Shamalo
dan Nicholas Totmyanin terpaksa harus mundur karena badai yang mengamuk ditambah lagi dengan
kedua tangan Gorelik yang terserang radang dingin. Frossbite yang diderita
Gorelik sebenarnya tidak memungkinkannya untuk dapat turun dari K2 secara aman,
namun pada akhirnya ketiga pendaki Rusia itu berhasil juga mencapai base camp
dan bergabung bersama enam teman mereka yang lain. Tim ini menghubungi tim
rescue Pakistan untuk meminta bantuan mengevakuasi Gorelik supaya dapat
memperoleh perawatan yang lebih tepat, namun helikopter yang dijadwalkan
menjemput Gorelik tidak dapat terbang karena badai yang kian memburuk.
Ekspedisi Rusia ini akhirnya berakhir tragis dengan kematian Gorelik yang tewas
karena serangan jantung dan pneumonia
saat menunggu evakuasi di base camp mereka.
Para pendekar es dari Polandia kembali
lagi ke K2 pada musim dingin tahun 2017/2018 dibawah pimpinan sang legenda Krzysztof Wielicki.
Kali ini, Wielicki dan timnya mengambil dua rute pendakian, yakni melalui
Abruzzi Spur dan juga Česen Route
(Česen Route adalah rute pendakian yang dibuat oleh Tomo Česen secara solo pada
tahun 1986). Di Abruzzi Spur para pendaki berhasil mencapai ketinggian 7.400
meter, sementara di Česen Route para ice warrior Polandia hanya bisa mencapai
ketinggian 6.300 meter. Denis Urubko yang juga ikut dalam ekspedisi ini
melaporkan bahwa percobaan solonya di K2 berhasil mencapai ketinggian sekitar
7.800 meter, sebelum ia akhirnya
benar-benar memutuskan untuk mundur karena kebuntuan. Perlu juga
disampaikan di sini bahwa pada upaya pendakian musim dingin di K2 oleh para
pendaki Polandia dan Kazakhstan dibawah komando Krzysztof Wielicki tahun
2017/2018 ini, sebuah musibah lain di gunung Nanga Parbat sempat memecah
konsentrasi timnya.
Tomasz
Mackiewicz adalah salah satu pendaki Polandia yang tak kenal menyerah untuk
bisa mencapai puncak Nanga Parbat pada musim dingin. Pada musim dingin tahun
2017/2018 Mackiewicz berpasangan dengan pendaki perempuan Perancis Elisabeth
Revol kembali mencoba keberuntungan mereka untuk bisa mencapai puncak Nanga
Parbat. Dua pendaki ini, Elisabeth Revol dan Tomasz Mackiewicz sudah cukup sering
berpasangan dalam upaya pendakian musim dingin di Nanga Parbat, namun sejauh
ini upaya mereka belum membuahkan hasil yang memuaskan. Mackiewicz sendiri
bahkan sudah tujuh kali mencoba mendaki Nanga Parbat di musim dingin, tapi
langkahnya selalu terhenti pada kisaran ketinggian 6.500–7.500 meter.
Elizabeth Revol dan Tomasz Mackiewicz
Ketika
puncak musim dingin Nanga Parbat berhasil dicapai oleh Simone Moro dan timnya
di tahun 2016, itu sama sekali tidak menghentikan niat Mackiewicz dan Elisabeth
Revol untuk tetap mendakinya di musim dingin. Namun sekitar tanggal 27 Januari
2018, pendakian pasangan Polandia-Perancis ini harus berakhir tragis,
Mackiewicz yang terserang radang dingin, snowblind dan juga gejala cerebral
edema terpaksa ditinggalkan oleh Revol di ketinggian sekitar 7.200 meter dinding
Diamir Face. Sebelumnya kedua pendaki profesional itu telah berhasil mencapai
ketinggian 7.400 meter namun badai dan cuaca yang ekstrim menghentikan langkah
keduanya untuk bisa mendaki lebih tinggi lagi. Keputusan Revol untuk
meninggalkan Mackiewicz juga bukan merupakan pilihan yang mudah, hal itu ia
lakukan demi keselamatan nyawanya sendiri.
Kabar
tentang Mackiewicz dan Revol yang terjebak di dinding Diamir Face Nanga Parbat
segera menggema di seluruh penjuru dunia mountaineering profesional pada akhir
Januari 2018. Berbagai respon dari perkumpulan-perkumpulan mountaineering
berdatangan untuk menyelamatkan keduanya. Sebuah upaya pengumpulan dana dibuka
dengan menargetkan mampu mengumpulkan donasi sebesar $10.000 USD bagi biaya
penyelamatan Revol dan Mackiewicz. Respon yang paling tanggap dan menentukan mungkin
ada pada Krzysztof Wielicki yang sedang menjadi komando para pendekar es
Polandia di gunung K2. Denis Urubko dan Adam Bielecki yang merupakan dua
pendaki utama K2 Polish Expedition 2018
segera diarahkan untuk naik helikopter menuju Nanga Parbat dan melakukan upaya
penyelamatan terbaik terhadap rekan pendaki mereka yang sedang sekarat di
neraka Diamir Face.
Pada
ketinggian 6.026 meter Urubko dan Bielecki berhasil menemukan Revol yang dalam
kondisi memprihatinkan sedang berusaha turun. Dengan segala susah payah Urubko
dan Bielekci akhirnya mampu membawa Revol turun dengan selamat. Sayangnya hal
tersebut tidak bisa dilakukan untuk Mackiewicz, badai salju dan cuaca buruk
yang parah membuat penyelamatan untuknya tak mungkin dapat dilakukan lagi.
Setelah
melakukan tindakan penyelamatan yang heroik di Nanga Parbat, Adam Bielecki dan
Denis Urubko kembali lagi ke K2 untuk melanjutkan misi pendakian musim dingin
mereka. Namun seperkasa apapun para pendekar es dari Polandia dan Kazakhstan
ini, mereka masih tetap saja menemukan jalan buntu untuk mencapai puncak di
musim dingin K2.
Entah
siapa nantinya yang akan menjadi first winter ascent puncak K2, beberapa orang
bahkan mengatakan jikapun ada yang berhasil mencapai puncaknya pada musim
dingin, maka ia tidak akan bisa turun dengan selamat. Simone Moro yang dianggap
sebagai pendaki musim dingin gunung 8.000 meter terkuat saat ini bahkan belum
satu kalipun terdengar ikut berkompetisi di K2. Mungkinkah pendakian musim
dingin di K2 adalah kemustahilan, ataukah konsistensi dan semangat tak kenal
menyerah dari para pendekar es Polandia akan berbuah manis suatu saat nanti?. Kita
tunggu saja.
Posting Komentar untuk "JALAN BUNTU PARA PENDEKAR ES"