KONSEP MMA TRAILS, PILIHAN BARU PARA PENDAKI GUNUNG DI JANTUNG PULAU JAWA
Bagi
beberapa orang penggemar olahraga mendaki gunung dan hiking, kondisi dan
situasi puncak-puncak gunung di Indonesia saat ini bisa jadi sangat membosankan
sekaligus mengecewakan, Pengunjung membludak, jalur –jalur pendakian penuh
sesak, sampah berserak, ekosistem dan citarasa pendakian yang penuh khusyu’ dan
hening, terasa seolah telah begitu rusak.
Ditengah
segala dampak trend mendaki gunung yang tak terbendung seperti itu, tentu
dibutuhkan sebuah solusi yang paling tidak dapat mengobati kekecewaan para
pendaki konservatif yang sekarang seolah terpinggirkan ini, dan solusi tersebut
haruslah memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai obat, tidak hanya sebuah
solusi yang pada hakikatnya hanya sebagai sebuah pelarian semata.
Ada
banyak orang yang menyodorkan solusi, diantaranya adalah dengan menyarankan
mendaki gunung-gunung di luar Indonesia, dan Himalaya adalah yang paling
populer. Namun tentu saja tidak bisa sesederhana itu, biaya dan akomodasi
mengunjungi pegunungan Nepal tidaklah bisa dibilang murah, tidak setiap orang
bisa melakukannya, bahkan jika mau jujur, hanya sedikit sekali pendaki
Nusantara yang memiliki kesempatan untuk kesana, dan saya berasumsi, biaya
adalah hal paling dasar yang menjadi kendalanya.
Jangankan
Himalaya yang populer itu, untuk bisa ke puncak Cartenz di Papua saja
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan itu cukup menjadi aral besar bagi
banyak orang yang secara skill dan kemampuan sebenarnya capable untuk dapat
memuncakinya.
Ada
juga yang menyodorkan solusi yang unik untuk problem ini, yaitu dengan beralih
bidang hobi. Misalnya dari mendaki gunung diubah menjadi mancing, bermain airsoft
gun, berburu, sepeda gunung, dan lain-lain. Saran semacam ini seumpama meminta
Valentino Rossi, pembalap moto gp yang terkenal itu, untuk beralih saja menjadi
pembalap sepeda onthel, memang pada
hakikatnya sama-sama balapan, sama sama menunggangi sepeda beroda dua, tapi kan
tetap memiliki perbedaan yang signifikan untuk dapat diterima.
Jadi
intinya solusi yang ditawarkan itu paling tidak haruslah memenuhi beberapa
syarat, diantaranya murah dan
terjangkau, baik dari sisi jarak maupun biaya, tidak memakan waktu yang terlalu
lama, tetap memiliki value menantang dan adventure, serta tetap berada dalam
koridor olahraga hiking dan pendakian gunung.
Konsep MMA Trails.
Sebagai
jawaban dari kebutuhan solusi tersebut, dilatar belakangi juga dengan kegemaran
saya mendaki gunung, dan juga sedikit rasa kecewa dengan perkembangan dunia
naik gunung di nusatara hari ini, khususnya areal pulau Jawa, maka saya
menyodorkan sebuah konsep MMA Trails, konsep yang saya harapkan dapat menjadi
obat dan pilihan baru bagi insan pegiat olahraga mendaki gunung dan hiking,
khususnya diareal Jawa Tengah.
Konsep
MMA Trails ini sebenarnya terinspirasi juga dari beberapa film bercerita long
distance hiking yang pernah saya tonton, sebutlah diantaranya Track, Wild, The Way, The Way Back, dan
lain-lain. Film-film tersebut memberi kesan yang sangat baik untuk saya, salah
satunya adalah bahwa pada banyak realitanya sebuah perjalanan trail yang
panjang, selain mengantarkan orang pada tempat tujuan lain di muka bumi ini,
juga banyak menjadi moment yang tepat untuk mengantarkan orang menjadi pribadi
yang lebih baik, hal ini oleh para hiker di PCT (Pacific Crest Trail) sering
disebut sebagai ungkapan “This trail can
change people..”.
Akan
tetapi, untuk dapat mengaplikasikan long distance trail di Indonesia, tentu
bukan perkara yang mudah, menemukan rute dan medannya sendiri adalah tantangan
awal yang mungkin bisa saja yang paling sulit. Beberapa rute dapat saja
direkomendasikan sebagai jalur trail karena memiliki nilai historis yang
familiar, seperti rute gerilya Jendral besar Sudirman misalnya, namun dari sisi
adventure, landscape, explore, bisa jadi juga, rute tersebut kurang mendukung.
Disamping
menemukan rute hiking yang membutuhkan waktu berbulan bulan seperti PCT, AT,
atau El Camino di Spanyol, bukanlah perkara gampang di Indonesia. Rute dengan
estimasi waktu tempuh lama itu juga tampaknya kurang tepat untuk menjadi solusi
dari permasalahan yang telah kita sebutkan di awal.
Dan
MMA Trails semoga bisa menjadi solusinya..
MMA
Trails adalah sebuah singkatan dari Merapi Merbabu Andong Hiking Trails,
meskipun pada pelaksanaannya rute ini memasukkan juga gunung Telomoyo dan danau
Rawapening dalam rute, namun nama MMA Trails rasanya lebih gampang untuk
diingat.
MMA
Trails ini menempuh jarak hampir 100km (hanya perkiraan belum diukur secara
pasti), terbentang melewati lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Klaten (jika
start dari jalur Sapuangin Merapi), Boyolali, Magelang, Salatiga, dan Ambarawa,
mendaki empat gunung yaitu Merapi, Merbabu, Andong, dan Telomoyo, semua
dilakukan single tour alias sekali jalan.
Dengan
kecepatan yang stabil dan sedang seorang hiker dapat menyelesaikan keseluruhan
trail ini dalam waktu lima sampai satu enam hari, sementara jika hiker memiliki
fisik yang prima dan dilakukan ngebut, maka
mungkin trail ini dapat kelar hanya dalam tiga atau empat hari saja.
Jadi MMA Trails
adalah perjalanan pendakian lintas yang mengambil rute gunung Merapi, Merbabu,
Andong, Telomoyo, dan danau Rawapening di Jawa Tengah. Sebelum dibukanya jalur
Sapu Angin di Klaten, titik start pendakian lintas MMA Trails ini saya letakkan
di Pos Pengamatan Babadan, kecamatan Dukun, Magelang. Akan tetapi dengan
dibukanya rute Sapu Angin gunung Merapi di Klaten, bukan menjadi masalah jika
ada yang ingin menjadikannya pula sebagai titik start lintasan.
Hari pertama MMA Trails di jalur kuno Babadan Merapi (Foto by : Ryan)
Daya Tarik MMA Trails
Semua
persyaratan yang saya sebutkan untuk solusi di awal –awal tadi, Insya Allah
dapat dipenuhi semuanya oleh konsep MMA Trails yang saya tawarkan ini, untuk
lebih jelasnya berikut kita rincikan satu demi satu ;
Biaya dan lokasi yang murah dan
terjangkau
Gunung Merapi,
Merbabu, Andong, adalah gunung yang sangat ramai dan populer, Telomoyo meskipun
tidak seramai ketiga gunung tersebut, tetap menjadi destinasi yang ramai
didatangi para hiker juga, walaupun akses mobil sudah bisa hingga ke puncaknya.
Rute trails yang
dipilih ini berada tepat dijantung pulau Jawa, mudah diakses darimana saja, dan
juga tentu saja murah dari sisi biaya. Hiker yang memiliki kendaraan pribadi
bisa langsung menuju kaki gunung Merapi baik dari sisi Babadan maupun Sapu
Angin, jika ingin lebih leluasa dapat menggunakan angkutan umum, dan alternatif
itu pun tersedia, utamanya ojek motor yang bisa diminta untuk mengantar hingga
ke pos pendakian.
Tidak memerlukan waktu lama
El Camino, PCT,
dan AT adalah rute rute hiking trail populer dunia yang memerlukan waktu tempuh
hingga berbulan-bulan untuk menyelesaikannya, dan hal itu, kita belum dapat
mengaplikasikannya disini.
MMA Trails ini
hanya membutuhkan maksimal waktu satu minggu untuk diselesaikan, dari titik awal
hingga finish, dan itu tentu bukan waktu yang terlalu lama.
Memiliki value adventure dan
tantangan yang juga istimewa
Memuncaki gunung
Merapi, Merbabu, Andong, dan Telomoyo dan berkunjung ke Rawa Pening, tentu
adalah suatu hal yang biasa, namun jika hal ini dilakukan secara sekaligus
dalam rentetan waktu dan teknis tertentu, sudah pasti akan memiliki kesan yang
istimewa.
Apalagi salah
satu “aturan” dasar yang ditetapkan dalam konsep MMA Trails ini adalah harus
dilakukan pure dengan hiking alias berjalan kaki, jadi tidak dibenarkan jika
disambung dengan naik kendaraan meskipun
itu dari basecamp ke basecamp (seperti base camp New Selo Merapi – menuju base
camp Selo Merbabu). Namun tentu saja aturan dasar ini bukanlah sebuah hal yang
mutlak, pendaki dan hiker yang mungkin saja mengalami kendala dalam
perjalanannya, atau memiliki waktu yang lebih sempit, tentu boleh saja jika
harus menggunakan kendaraan.
Selain itu,
tantangan ini akan menjadi lebih menarik jika mengambil titik start dari
kampung Babadan, rute pendakian Merapi via Babadan yang memiki nilai historis
tinggi dengan medan tempuh yang tidak mudah akan menjadi daya tarik tersendiri
bagi para petualang dan pesintas di MMA Trails.
Uji Coba MMA Trails
Dua minggu
sebelum masuk bulan Ramadhan kemarin, saya sempat mencoba konsep MMA Trails
yang saya tulis ini, dan kesannya, luar biasa, sangat menyenangkan..
Bersama
Mas Ryan, salah satu hiker muda yang cukup antuasias, saya mencoba jalur ini
selama empat hari tiga malam, dimulai dari Pos Pengamatan gunung Merapi Babadan
pada hari Selasa pagi, dan finish pada Jum’at sore di lereng gunung Andong,
tempatnya kampung Gogik. Pada uji coba yang pertama ini memang target kami
hanya finish di Andong, belum melanjutkan hingga ke Telomoyo dan danau Rawa
Pening.
Dan
kesan yang didapatkan sungguh diluar prediksi, MMA Trails ternyata
sungguh-sungguh sebuah tantangan yang tidak cukup mudah juga untuk bisa ditaklukkan
dengan gampang.
Di
lintasan Babadan menjelang Pasar Bubrah, saya dan Mas Ryan bahkan sempat
kehilangan rute tempuh yang telah saya tandai sekitar tujuh bulan sebelumnya,
saat memetakan kembali jalur pendakian kuno Babadan. Untuk bisa keluar dan
melanjutkan perjalanan hingga Pasar Bubrah, saya terpaksa membuka jalur baru,
menebas semak belukar yang lebat hampir sepanjang 100 meter.
Perjalanan
hiking dari base camp New Selo Merapi menuju base camp Selo Merbabu juga tidak
bisa dibilang enteng, jalanan yang menanjak tanpa banyak pohon pelindung,
disengat oleh sinar matahari siang yang cukup terik, membuat lintasan yang
tampaknya remeh ini juga membutuhkan banyak perjuangan untuk melewatinya.
Menuruni
puncak Merbabu melalui jalur Wekas juga membutuhkan usaha yang serius, ketika
rasa lelah sudah mulai membuat penat, sengatan matahari siang yang menyengat,
kesalahan kecil yang kita lakukan diareal Jembatan Setan dan sekitarnya dapat
saja mengantarkan kita pada kecelakaan yang lebih buruk.
Hari ketiga uji coba MMA Trails, menuruni puncak gunung Merbabu via jalur Wekas (Foto by :Ryan)
Perjalanan
dari base camp Wekas gunung Merbabu menuju base camp Sawit gunung Andong justru
memberi kesan yang sebaliknya, perjalanan yang sebelumnya saya kira akan sangat
melelahkan dan membosankan, ternyata sangat menyenangkan. Berjalan dipagi hari
yang sejuk, melewati perkebunan penduduk, menyaksikan matahari pagi yang
menanjak perlahan, sangat indah untuk dinikmati, belum lagi jika kita telah
mencapai etape jalan yang mempertontonkan landscape sangat indah, gugusan
gunung Sumbing, Sindoro, Ungaran berdiri diseberang sana, sementara Andong,
Telomoyo, dan kilauan danau Rawa Pening yang menjadi lintasan trails dan tujuan perjalanan, juga tampak dengan sangat
jelas didepan mata.
Setelah
selesai menunaikan sholat Jum’at di masjid kampung Sawit yang teduh, saya dan
Mas Ryan meneruskan trail, berjalan mendaki, menyibak kabut gunung Andong,
kurang dari dua jam kemudian di puncak, dan sekitar jam empat sore kami sudah
tiba di kampung Gogik, yang sekaligus mengakhiri uji coba pertama MMA Trail ini.
Secara
keseluruhan rute MMA Trail sangat menjanjikan untuk dijadikan pilihan lain
ditengah hiruk pikuk kegiatan mendaki gunung saat ini. ke depan, jika ide untuk
membuat semacam stempel di setiap base camp atau pos yang dilewati, juga
memberi semacam piagam bagi para hiker yang bisa menyelesaikan trail hingga
finish, benar benar bisa direalisasikan, maka saya semakin optimis bahwa MMA
Trails ini akan menjadi sebuah opsi hiking dan olahraga mendaki yang sangat
menarik di jantung pulau Jawa.
Salam.
Posting Komentar untuk "KONSEP MMA TRAILS, PILIHAN BARU PARA PENDAKI GUNUNG DI JANTUNG PULAU JAWA"