ADIK KANDUNG PUNCAK EVEREST DAN MAHKOTA PENDAKIAN GUNUNG DUNIA
Tahta Lain si Adik
Kandung
“… sebuah longsoran salju besar menyapu dengan hebat tadi malam, camp 2
dan camp 3 hilang sepenuhnya. Syukurnya semua pendaki selamat, sementara perlengkapan lain seperti tenda, bivak, tabung oksigen,
tali temali, seluruhnya hilang terbawa longsoran…”.
Saya membaca sebuah postingan
dari Madison mountaineering pada akun istagram milik mereka kemarin. Pada
postingan terlihat sebuah gunung besar dengan bekas longsoran salju yang masih
tampak jelas di dindingnya.
Saya mulai mengikuti akun
istagram milik Garret Madison, si empunya jasa guide gunung kelas dunia,
Madison Mountaineering, ketika membaca sebuah artikel yang ditulis di National
Geographic Adventure pada halaman mereka, yang menampilkan ikon gunung K2 yang
disinyalir akan menjadi pengganti Everest.
Tentu kita semua tahu sendiri
bahwa K2 adalah gunung dengan predikat adik kandung Everest, atau memiliki
tinggi yang persis di bawah Everest, jika Everest berdiri di atas elevasi
29.029 ft, maka K2 ada persis dibawahnya dengan ketinggian 28.251 ft atau 8611
mdpl.
Persaudaraan kakak beradik antara
puncak Everest dan K2 telah berlangsung sejak lama, sejak manusia mulai mengenal
aktifitas pendakian gunung dan juga mulai mengukur ketinggian sebuah puncak
gunung. Namun selama ini seperti kita tahu sendiri, bahwa yang populer dan yang
sangat familiar adalah Everest, entah sudah berapa ribu orang yang telah
mengunjunginya, dan juga entah berapa ribu orang yang telah berhasil menjejakkan kaki di puncaknya.
Bukan apa apa sehingga nampaknya
puncak K2 jadi terlupakan, bukan apa apa pula yang membuat pendaki Everest
berpuluh kali lipat banyaknya dari orang orang yang mencoba masuk areal kaki
gunung K2. Problema di K2 bukan hanya karena statusnya yang hanya adik bagi
Everest, bukan hanya karena K2 tidak memegang rekor puncak tertinggi dunia.
Lebih daripada itu semua, yang
membuat K2 lebih sunyi adalah karena predikatnya yang menyandang sebagai gunung
tersulit didaki di dunia. Everest boleh saja lebih tinggi, Everest boleh saja
memiliki jumlah pengunjung lebih banyak, dan Everest boleh saja lebih banyak disebut dan lebih
populer dalam jagad pendakian gunung dunia, namun dari tingkat kesulitan dan
medan tempur, Everest tidak dapat mengalahkan K2, puncak K2 adalah rajanya.
Jadi jika Everest memegang
mahkota puncak tertinggi dunia dengan jumlah pendakinya yang kian membludak
dari waktu ke waktu, maka K2 memiliki jenis mahkota yang lain, memiliki sebuah
tahta yang lain, yaitu sebagai puncak gunung tertinggi yang paling sulit untuk
didaki, hanya para pendaki dengan passion tinggi, pengalaman yang cukup,
keberanian besar, juga skill yang mumpuni yang berani melangkahkan kaki menuju
tempat dimana raksasa K2 berdiri.
Mungkin Akan Pindah Kiblat
Seiring dengan laju perkembangan minat
dunia pendakian gunung yang kian berkembang, besar kemungkinan bahwa mahkota
Everest sebagai gunung prestisius dengan segenap daya upaya dan berbagai macam
pengorbanan mencapai puncaknya, akan digantikan oleh K2, setidaknya wacana itu
yang saya temukan saat membaca tulisan hasil wawancara National Geographic
Adventure dan Madison Mountaineering.
Dalam tulisan yang diberi judul “
Is K2 The Next Everest ? “, topik mengenai kemungkinan K2 akan menjadi
destinasi pendaki gunung dunia dalam upaya pencapaian tertinggi mereka yang
tidak hanya diukur dari angka elevasi, namun juga kesulitan dan pengorbanan. Pada
dasarnya topik ini mengembang dilatar belakangi oleh keresahan mendalam yang
tampaknya jamak dialami oleh para pendaki gunung yang menganut faham gaya lama.
Yang menganggap dan menempatkan sebuah aktifitas mendaki gunung bukan sekedar
perjalanan wisata semata, namun juga sebagai sebuah journey yang dilakukan
dengan menghormati banyak prinsip dan aturan tidak tertulis.
Beberapa prinsip dan aturan tidak
tertulis tersebut diantaranya adalah nilai kesulitan medan tujuan yang akan
menjadikannya sebagai sebuah tempat yang prestisius, yang tidak sembarang orang
bisa melakukannya. Disamping itu pula, prinsip prinsip lain semacam tantangan,
isolasi, dan pertaruhan juga menjadi tolak ukur mengapa tampaknya K2 lebih
pantas untuk mengenaikan mahkota mountaineering itu saat ini.
Tanpa bisa dihentikan, Everest
telah menjadi sebuah destinasi wisata besar besaran, dengan uang dan sedikit
kemampuan, orang orang yang bahkan tidak pernah menyentuh pegunungan sudah
berdatangan kesana, mencoba untuk mencapai puncaknya, dan ironisnya, hampir
semua dari mereka yang melakukan hal tersebut berbuah keberhasilan. Dan hal ini
tentu saja menuai keresahan dan kekhawatiran bagi orang orang yang selama ini
menempatkan Everest sebagai tempat suci, yang tidak banyak orang mampu
menggapainya.
Dengan dilatar belakangi
keresahan dan beberapa pertimbangan tersebutlah, kemungkinan K2 akan menjadi
puncak dengan mahkota prestisius mountaineering terbuka sangat lebar. Dan
kemungkinan tersebut, yang juga menjadi sebuah peluang bisnis menjanjikan,
langsung saja di eksekusi oleh Garett Madison dan kawan kawan, dengan merilis
Madison Mountaineering, mereka menjadi pioneer yang secara terang terangan mengakomodasi perjalanan menuju puncak
K2 untuk yang pertama kalinya.
The Summit, K2 Sirene Of Himalayas, Vertical Limit, adalah beberapa film dan dokumenter yang bercerita tentang keganasan K2
Kekhawatiran Berjamaah
Pada dasarnya keresahan dan
kekhawatiran hilangnya gunung sebagai tempat “ beribadah dan bermuhasabah “ ini
tidak hanya terjadi di Everest, di Indonesia, di tanah air kita sendiri pun
keresahan ini dengan jelas dapat terbaca.
Coba kita lihat, dengan berubahnya
Semeru jadi pasar dadakan pada saat saat tertentu dan selalu saja ramai pada
setiap weekend, beberapa orang yang selama ini memujanya, perlahan lahan mulai
merasa terusir dan berusaha mencari tempat “ semedi “ yang baru. Hingga tidak
sedikit juga diantara orang orang yang merasa kehilangan Semeru atau gunung
lainnya ini, mencari gunung gunung lain
di Nusantara yang masih asing, masih susah dijamah, dan masih sulit untuk
digapai puncaknya.
Atau dengan hal tersebut,
bermunculan juga jalur jalur baru pada gunung yang sama yang tingkatan
kesulitannya lebih berat, sehingga membutuhkan lebih banyak pengorbanan untuk
mencapainya.
Pada dasarnya semua fenomena ini
adalah sebuah pelarian dari orang orang yang memiliki kekhawatiran berjamaah
lantaran hilangnya sebuah suasana dan eksistensi dari suatu tempat yang selama
ini mereka sangat cintai, sedangkan mereka tidak memiliki cara apa apa untuk
mencegah ataupun sekedar membendungnya.
***
Kemudian jika K2 benar benar akan
menjadi next Everest, sebagai pemegang mahkota puncak dunia, maka ini akan
menjadi sesuatu yang menarik untuk kita ikuti.
Dan semuanya tidak akan mudah,
pasti tidak akan mudah, hanya orang orang yang memiliki kebulatan tekad,
passion, menghormati gunung, dan juga diberkahi keberuntungan yang akan
berhasil mencapai puncak K2. Seperti yang saya kutip pada awal tulisan singkat
ini, meski pun para kliennya selamat, camp 2 dan camp 3 tim Madison habis
tersapu longsor, dan hal itu baru salah satu rintangan untuk mencapai puncak K2,
masih akan ada banyak rintangan lain yang akan menghadang setiap pendakinya.
Dan gunung dengan kategori
kesulitan luar biasa seperti K2 ini, memangnya tampaknya lebih layak menjadi
Everest baru, dimana hanya orang orang “hebat” yang mampu mencapai puncaknya.
Salam.
Posting Komentar untuk "ADIK KANDUNG PUNCAK EVEREST DAN MAHKOTA PENDAKIAN GUNUNG DUNIA"