Hanya dua kata untuk Rock Climber terbaik dunia satu ini
Sudah lama saya tidak menulis di
blog ini lagi, saya sungguh memohon maaf mungkin ada sahabat yang menyempatkan
diri berkunjung ke laman blog ini dan merasa kecewa karena tidak menemukan
tulisan baru bahkan setelah hampir satu bulan lamanya. Memang saat ini saya
sedang sibuk sibuknya menunggangi rollercoaster kehidupan yang tampaknya saat
ini sedang meluncur deras sekali, sehingga saya tidak sempat meluangkan waktu
untuk menulis postingan terbaru di blog kita yang sederhana ini.
Baiklah, kali ini saya ingin
berbagi tentang sedikit berita yang saya baca sekitar dua hari yang lalu,
tentang apa yang telah Alex Honnold lakukan dalam super climbingnya di Torre
Regional Park, dengan memanjat tiga menara kematian Torre hanya dalam waktu 20
jam 40 menit. Ini rekor yang paling prestisius sepanjang sejarah pemanjatan
tebing Torre.
Next Level…
Hanya itu yang ditulis oleh
redaksi majalah Rock and Ice saat membagikan artikel tentang apa yang Alex
Honnold lakukan ini.
Pemanjatan ini dilakukan oleh
Honnold bersama rekannya Colin Haley, yang tampaknya memang telah mendedikasi
hidupnya dalam berbagai bentuk ekspedisi merayapi sisi tebing Torre Regional
Park. Sebenarnya, waktu yang berhasil dicetak oleh Alex dan Colin telah lewat
40 menit dari target yang telah mereka pasang, sebelumnya mereka menargetkan
akan mampu menyelesaikan memanjat 3 menara Torre ini dalam waktu maksimal 20
jam saja.
Meskpun tampaknya gol mereka
tidak tercapai, namun ini adalah kesuksesan besar yang dilakukan oleh Colin dan
Alex. Hal ini semakin mengokohkan nama mereka sebagai rock star papan atas
dunia.
“…Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, betapa jauh waktu telah
berubah…"
Mungkin itulah yang ingin
disampaikan oleh Ronaldo Garibotti, orang yang dikenal sebagai orang
pertama yang berhasil mendaki tebing tebing maut Torre.
Bagaimana tidak, 30
atau 20 tahun sebelumnya ia harus menghabiskan waktu berhari hari hanya untuk
menuntaskan beberapa pitch saja pada permukaan cadas tebing Torre.
Trilogy of Torre dan jalur tempuh pemanjatan Alex dan Colin dalam waktu 20 Jam.
Saya tidak ingin bercerita
terlalu panjang tentang apa yang telah terjadi dipermukaan tebing Torre ini,
dan apa yang dilakukan oleh the best rock climber in the world Alex Honnold
ini, dengan mudah sahabat dapat membacanya dalam beberapa journal outdoor dunia
seperti Rock and Ice Magazine, Climber Magazine, dan yang lainnya.
Namun sebenarnya yang ingin saya
tulis kali ini adalah tentang pribadi Alex Honnold yang tergambar dengan cukup
jelassaat saya membaca sebuah surat pembelaannya saat kematian
tragis menimpa salah satu mentornya dan tokoh adventure dunia yang juga menjadi
salah satu ultimate adventurer in the world, Dean Potter.
Kita tahu, tahun 2015 mungkin
adalah salah satu tahun yang cukup menyedihkan untuk para petualang dunia,
bagaimana tidak, dalam satu tahun hampir 20 orang athlete dan tokoh kenamaan
dunia outdoor dan adventure yang meninggal, dan yang familiar diantaranya
adalah kematin Dick Bass si pioneer seven summit grand slam, kematian Douglas Tomkins si founder brand outdoor
paling populer sejagad, The North Face, lalu kematian Dean Potter, salah satu
super star adventures yang terkenal
sangat rendah hati, humble, dan juga mengayomi untuk juniornya. Dean tewas saat
melakukan base jumping dari tebing Yosemite, di Yosemite National Park, saat
parasut yang ia gunakan terbelit bersama parasut yang temannya gunakan, dan
keduanya tewas dalam tragedi tersebut.
Apa yang menimpa Dean Potter
dan rekannya saat itu, menuai pro dan kontra dalam dunia outdoor, ada yang
bersimpati, namun ada juga yang berantipati, ada yang secara mendalam merasa
kehilangan seorang tokoh adventurer yang terkenal dengan keberaniannya
mengexplorasi kemampuan dan tingkat kesulitan sebuah petualangan, namun ada
juga yang menganggap kematian Dean adalah sebuah resiko konyol dan mematikan
dari seorang selfish dan narsis yang haus pujian dan penghormatan, yang
kemudian hal yang menimpanya malah menyakiti orang orang disekitarnya.
Dan tuduhan negative inilah yang
coba dijawab oleh Alex Honnold dalam sebuah tulisan terbukanya yang dimuat di
beberapa journal outdoor dunia.
Surat Alex cukup panjang saat
itu, namun saya akan mengemukakan beberapa hal yang menurut saya cukup
menggugah, khususnya untuk saya secara pribadi. Sebuah penjelasan yang tidak
hanya membela Dean Potter secara khusus yang telah meninggal, namun juga dalam sudut pandang lain
ikut menjelaskan karakter dirinya sendiri, yang saat telah diakui sebagai pemanjat tebing terbaik di dunia.
“ apa yang Dean lakukan dengan memanjat Big Wall secara speed soloing
pada saat saya melihatnya pertama kali di tebing Yosemite adalah sesuatu yang
tampaknya gila dan mustahil, namun itulah yang Dean lakukan…”
Dunia panjat tebing saat ini,
tentu tahu siapa the best rock climber, yang hidupnya dalam vannya, tidak
banyak bicara, penyendiri namun selalu memukau dengan aksi
aksi gilanya.
Holywood boleh saja merekrut Chris Sharma sebagai rock climbing technical
advisor dalam Point Break dengan aksi gilanya memanjat air terjun di Venezuela,
atau mencatut nama Adam Ondra dengan pekikannya yang seolah memecahkan gendang
telinga saat meraih point demi point. Atau semerbaknya nama Ashima Shiraishi yang dinobatkan sebagai rock climber perempuan terbaik di dunia dalam usia yang masih sangat belia, Namun Alex Honnold memiliki kelasnya
sendiri, yang hanya dialah orang yang
ada disana, ia memiliki podiumnya sendiri.
Chris Sharma, Adam Ondra, Ashima Shiraishi, & Alex Honnold
Alex tak banyak bicara dengan
segala filosofi dan ungkapan yang memukau, namun aksinya dalam dunia vertical lah,
yang membuat para pecinta adventure dunia terpukau dengan sendirinya.
Saya masih ingat kata kata Ueli
Steck, mountaineer tercepat di dunia dengan gelar Swiss Machine nya, saat
bersanding dengan Alex Honnold dan memanjat Yosemite bersamaan.
“.. Dia ( Alex ) tak seperti kebanyakan orang yang bicara bla bla bla… Ia
hanya mengatakan lets do it., dan kami pun berangkat…”
Kemudian pada paragraph
selanjutnya Alex mengatakan lagi..
“..Most people had only seen his climbing and flying through short
YouTube videos and never got a glimpse of the years of training behind them.
Dean actually had a thoughtful and conservative approach, building up to things
slowly over time as he became physically and psychologically prepared…”
Banyak orang yang melihat apa
yang Dean lakukan, dan dirinya juga sebenarnya, hanya dari video singkat youtube atau
website lainnya, mereka tidak pernah berada bersama mereka ketika berlatih
perlahan lahan, bertahun tahun, mempersiapkan diri selangkah demi selangkah secara fisik dan
juga mental.
Sekarang hampir semua insan outdoor dunia tahu siapa raja dari panjat tebing
tebing besar dunia, tanpa pengaman dan juga seorang diri, atau yang sering
disebut dengan istilah free soloing. Alex Honnold adalah nama pertama yang
berada di predikat paling atas dengan semua prestasi dan aksinya yang bisa kita
lihat di youtube secara bebas. Dan itu semua seperti statement untuk Dean
Potter membutuhkan persiapan yang tidak singkat, sebelum mengambil resiko
sejuah itu, ia telah mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk
melakukannya.
Tebing Torre kemarin adalah salah
satu bentuk aplikasi hasil latihan dan persiapannya selama ini, ia memang tidak
melakukannya secara free solo, namun tetap saja itu adalah prestasi orang orang
yang khusus, yang tidak semua rock climber top dunia mampu melakukannya, persis seperti tulisan Rock and Ice Magazine untuk memuji aksi Alex Honnold..
He is Next Level..
Salam.
Alamat resmi store arcopodo saat ini adalah :
Terimakasih yang menyempatkan diri untuk berkunjung
Posting Komentar untuk "Hanya dua kata untuk Rock Climber terbaik dunia satu ini"