Douglas Tompkins, si raja The North Face yang takluk di Patagonia
Journal journal besar petualangan
dunia banyak menuliskan berita berkabung saat ini, salah satu pesohor dari
salah satu brand dunia petualangan paling populer, The North Face, baru saja
meninggal dunia dua hari yang lalu.
Douglas Tompkins, atau sering dipanggil Doug Tompkins, atau juga kadang disebut Douglas Thomson, si founder The North Face meninggal dunia saat
mengalami kecelakaan kayak di Patagonia dua hari yang lalu. Saat itu Doug
bersama enam orang temannya yang lain sedang mengarungi Danau Lago General
Carrera di Bagian selatan Chili.
Diantara enam orang teman
berkayak Doug saat itu, dua diantaranya sahabat terdekatnya, yaitu Yvon
Chouinard, seorang pendakil legendaries yang juga merupakan founder
dari brand pakaian untuk adventure ternama, Patagonia. Satu teman lain yang juga ikut dalam
tragedi tersebut adalah Rick Ridgeway, seorang pendaki
gunung tangguh yang pernah menjadi orang amerika pertama yang berhasil mendaki
puncak K2 pada tahun 1978.
Belum ada kabar pasti dari
penyebab kematian salah satu billionaire paling tajir dunia outdoor ini,
angkatan laut Chile hanya mengatakan jika kayak yang ditumpangi oleh Doug dan
Rick disapu oleh gelombang yang kemudian
membuatnya oleng dan terbalik, yang juga memerangkap Doug didalam air selama
beberapa lama.
Keterangan lain datang dari Pedro Salgado, salah seorang petugas
medical setempat yang juga ikut memberi keterangan tentang kematian Doug.
Menurut Pedro, Doug mengalami Hyphotermia
hebat karena terlalu lama terendam air, nyawanya
tidak dapat diselamatkan meskipun ia dibawa secepatnya ke rumah sakit saat itu,
hyphothermia adalah penyebab utama kematian Doug, begitu papar Pedro.
Belum ada keterangan resmi dari
pihat yang sungguh sungguh memiliki otoritas dan wewenang prihal penyebab
kematian Doug Tompkins ini, si raja The North Face yang takluk dan tewas
dipelukan danau General Carrera, Patagonia.
Update from Alpinis
Sebuah kabar yang cukup rinci
tentang pristiwa kematian si raja The North Face di Lago General Carrera,
Patagonia ini datang dari sebuah journal outdoor terkemuka dunia, Alpinis Magazine.
Dalam sebuah artikel update di alpinis journal, kronologi dari kematian
sang billionaire ini diceritakan kurang lebih sebagai berikut.
Pada tanggal 8 Desember hari
Selasa itu, Doug si founder The North Face dan brand Esprit ini sedang paddling
bersama teman dekatnya Rick Ridgeway, yang juga berprofesi sebagai Vice
President di Patagonia, yang sebelumnya juga kita tahu bahwa Rick adalah salah
satu anggota dari team Amerika yang berhasil mendaki puncak K2 pada tahun 1978.
Sementara itu rekan mereka yang
lain, Jib Ellison, guide sungai
professional dan juga founder dari brand outdoor Blue Skye, Weston Boyles,
founder dari brand Rios to River yang
juga aktif berperan dalam kegiatan konservasi di Patagonia Range, dan Lorenzo
Alvares, pemilik dari sebuah agen perjalanan outdoor ternama di Chile, Bio Bio Expeditions.
Kelima orang tersebut pada saat
sebelum tragedi terjadi sedang asyik berkayak di danau General Carrera,
sementara salah satu sahabat dekat Doug yang lain, Yvon Chouinard, founder dari
brand clothing Patagonia dan juga dikenal sebagai salah satu pendaki ulung
sedang memancing tidak jauh dari tempat kelima orang tersebut berkayak.
Lago General Carrera, tempat dimana Douglas Tompkins mengalami musibah yang mengakhiri hidupnya
Sekitar jam 11 siang, tiba tiba
sebuah angin kencang dan gelombang setinggi 3 meteran menyapu areal itu,
membalikkan kayak yang ditumpangi Tompkins dan Ridgeway, kemudian menyeret Rick
dan Doug ke salah satu tempat yang cukup berbahaya di region Lago General
Carrera, yang sering disebut sebagai Avelllano
Sector.
Keterangan lebih lanjut
menceritakan jika Doug dan Rick terlempar cukup jauh dari boat mereka yang
terbalik, air dingin dari danau Lago General Carrera seakan membuat beku
seketika tubuh mereka yang sudah tidak muda lagi itu. Rick dan Doug berusaha
berenang menuju tepi, namun gelombang dan pusaran angin kencang membuat Jib
Ellison dan teman mereka yang lain yang berusaha menyelamatkan sempat
terhalang.
Belakangan Ridgeway mengatakan,
jika sebelumnya ia tak percaya akan selamat saat mencoba berenang menuju tepi,
gelombang tersebut menyapu dengan ganas di atas kepalanya. Rick berada dalam
air dingin Lago Carrera hampir satu jam lebih.
Pada bagian yang lain, Doug
Tompkins dibantu oleh Weston Boyles menuju tepi dengan single person kayaknya,
tidak lama kemudian helicopter bantuan datang membawa dua orang korban tersebut
menuju Coyhaique Regional Hospital,
namun hyphothermia parah yang dialami oleh Doug membuat ia tidak mampu
diselamatkan, meskipun tubuhnya tampak tidak ada bekas luka atau cidera. Boyles
mengatakan jika Doug “terguncang” cukup parah.
Doug Tompkins meninggal saat
mendapatkan penanganan intensive dari paramedic ICU di Coyhaique Regional
Hospital, terombang ambing dalam danau beku Lago Carrera membuat pertahanan
tubuh Doug jebol dihantam hyphothermia, dan ia pun tewas.
Sang maestro yang juga seorang
philanthropist ini pun menghembuskan nafas terakhirnya dalam pelukan kegiatan
dan daerah yang sangat dicintainya, Kayaking di Patagonia.
Billionaire yang hanya seorang tamatan SMA
Doug Tompkins meninggal pada usia
72 tahun, namun apa yang ia lakukan pada masa hidupnya adalah sesuatu yang
sangat spektakuler, mungkin kita akan dapat belajar banyak darinya.
Di San Fransisco, pada tahun 1966 Doug mendirikan sebuah prusahaan
yang berkonsentrasi memproduksi dan mebuat perlengkapan outdoor, yang
dikemudian hari menjadi brand paling populer dalam dunia petualangan sejagad
raya, The North Face.
The North Face tidak lama
ditangani oleh Doug, sekitar dua tahun kemudian, atau sekitar 1968, Doug
menjual bisnis fenomenalnya ini dengan harga yang cukup murah jika dipikir saat
ini, hanya $50.000. Kemudian bersama isteri pertamanya, Susie Tompkisn Buell,
Doug membangun sebuah produk yang segmentasi pasarnya berbeda jauh dengan
bisnis ia sebelumnya.
Jika ia sebelumnya ia menyasar
para petualang dan aktivis outdoor dengan The North Facenya, maka kali ini,
Doug menciptakan produk dan brand Esprit yang ditujukan untuk kalangan
para kaum hawa dengan interest belanja atau shopaholicnya yang tinggi, Esprit
tumbuh menjadi perusahaan raksasa dengan pelanggan menengah ke atas.
Setelah Esprit tumbuh menjadi
bisnis besar dan prusahaan terkenal yang mendistribusikan produknya hampir ke
50 negara di dunia, Doug kembali menjual kepemilikan sahamnya di Esprit ini
dengan nilai mencapai jutaan dolar.
Pada tahun 1989, Doug bersama
isterinya yang kedua Kristine Mcdivett Tompkins, yang
juga menjabat sebagai CEO brand Patagonia dan partner Doug dalam konservasi di
Patagonia selama 20 tahun, memutuskan pindah ke Patagonia Range di Chile, dan
membeli lahan liar seluas hampir 2,2 juta hektar yang digunakan untuk kegiatan
konservasi dan perlindungan ecology, yang kemudian menjadi lahan pribadi untuk
konservasi terbesar di dunia.
Apa yang Doug lakukan bahkan
lebih besar dari apa yang salah satu millionaire legendaries dunia pernah
lakukan, Rockefeller yang juga pernah membeli lahan luas di Wyoming yang
juga ia gunakan menjadi private landnya untuk tujuan konservasi.
Doug hanyalah seorang anak muda
drop out dari salah satu SMA di kota Conneccticut,
ia lahir di Ohio, dan tumbuh besar di
Milbrook, kemudian mulai membangun
bisnis di San Francisco.
Douglas Tompkins adalah real petualang yang berjiwa enterpreneuer sejati
Apa yang ada dalam diri Doug
adalah kombinasi yang sangat ideal antara seorang petualang, pendaki gunung,
pengusaha, entrepreneur, dan juga jiwa philanthropist. Apa yang ia lakukan
dengan brand sekelas The North Face dan
Esprit yang menjadi trade mark dunia petualangan dan women fashion tentu mejadi
pelajaran yang sangat berharga bagi setiap orang yang tertarik dengan dunia
wirausaha. Sedangkan apa yang Doug
lakukan di Chile dengan membeli dan membangun konservasi ecology di Patagonia
Range merupakan rule model bagi setiap orang yang mengaku pecinta alam dan
ingin melakukan sesuatu yang lebih banyak, dan lebih besar dalam kegiatan
pelestarian.
Sukses membangun Esprit, The
North Face, Patagonia Company sebagai brand besar dunia, juga membangun Patagonia National Park, Pumalin Park,
yang benar benar bebas dari kegiatan ilegallogging,
pertambangan, dan aktifitas merusak lingkungan yang lain, tidak membuat Doug
menjadi banyak berubah, ia adalah karakter yang unik, yang senantiasa kembali
kepada akar darimana ia terbentuk, seorang ekplorer dan juga petualang, dalam
usia yang sudah tidak muda lagi, Doug masih sering melakukan petualangan yang
sebenarnya cukup menguras tenaga, dan juga waktu.
Selama lebih dari 45 tahunan Doug
menjadi outdoorman sejati mulai dari mendaki gunung, ski racers, kayak, hingga
sekedar memancing atau hiking di seputaran Patagonia Range.
Mungkin salah satu rekam dari
perjananan outdoor sang billionaire outdoor ini adalah apa yang terkenal dengan
nama “ Funhog Expeditions” sebuah ekspedisi yang berlangsung hampir
enam bulan lamanya, yang goal mereka salah satunya adalah memuncaki salah satu
gunung tertinggi di wilayah Patagonia, Fitzroy
Peak. Pendakian dan pemanjatan ini sukses dilakukan dari salah satu jalur
baru yang mereka buat dari sisi barat daya.
Bersama Kristine Mcdivett, sang isteri yang sekaligus menjabat CEO Patagonia
Tiga bintang D yang menghilang.
Salah satu kematian petualangan
legendaries lainnya dalam tahun ini adalah kematian Dean Potter beberapa
bulan yang lalu yang tewas dalam aksi free
base bersama seorang rekannya di tebing Yosemite. Dean juga adalah salah
satu tokoh petualang yang dikenal pioneer dalam hal mengekplorasi kemampuan
bertualang dan mengadu adrenaline.
Melalui aksi Dean Potterlah
dikenal istilah hight altitude slackline,
climbing free solo, free base,
dan lain sebagainya. Dean begitu dihormati dalam kancah adventure dunia,
bintang rock climbing yang populer dengan aksi yang hanya bisa dilakukan oleh
dirinya sendiri. Rekor rekor spektakuler dibuat oleh Dean dalam karir
profesionalnya, dan ya, iya juga merupakan salah satu atlete andalan atau brand
ambassadornya The North Face, namanya berkibar dengan gagah di seantero jagad
outdoor dunia, meskipun hal itu tidak pernah mampu mengubah Dean dari sifatnya
yang ngayomi dan rendah hati.
Kemudian Dean dikabarkan tewas di
Yosemite, dalam sebuah petualangan yang selama ini membesarkan namanya.
Setelah Dean Potter, kabar duka
juga datang dari kancah mountaineering dunia, Dick Bass yang terkenal
sebagai pencetus ide seven summit
juga meninggal dunia tak lama setelah itu.
Dick Bass memang tidak tewas
dalam tragedi seperti yang dialami oleh Dean Potter beberapa waktu lalu, maupun
seperti yang menimpa Douglas Tompkins belakangan ini.
Namun kematian Dick Bass cukup
membuat bela sungkawa jagad mountainneering dunia, meskipun teori seven summit
yang dilontarkan oleh Bass ditentang dan kalah pamor dengan apa yang dicetuskan
oleh Patt
Morrow dan Reinhold Messner, karena Bass memasukkan puncak Australia
sebagai summit Austronesia, bukannya Cartenz
Pyramid yang ada di Indonesia.
Namun bagaimanapun juga, Dick Bass adalah salah satu pioneer dunia
mountaineering dan pemilik ide grand slam
seven summit, dunia outdoor dan adventure tetap menghormatinya,
kepergiannya tetap meninggalkan duka, dan Bass memang pantas memperoleh hal
itu.
Dan kemarin hari Rabu, tanggal 08
Desember 2015, mungkin nama besar Douglas Tompkins yang akan membuat genap tiga
orang bintang yang berpulang pada tahun 2015 ini.
Douglas Tompkins, Dick Bass, dan
Dean Potter adalah tiga bintang, tiga maestro dunia outdoor dan petualangan,
dan mereka semua berpulang di tahun ini.
Siapun pun diri kita, apa pun
profesi kita, dan meski pun kita jauh dibanding mereka baik dari sisi prestasi
maupun jam terbang, kita semua juga punya waktu untuk pulang.
Dan pertanyaannya…,
Kapan..?
Salam.
Artikel menarik lainnya
Posting Komentar untuk "Douglas Tompkins, si raja The North Face yang takluk di Patagonia"