Lima musibah besar yang paling terkenal di Everest : Top five deadly disaster on Everest
What is the most interesting mountain in the world..?
Gunung apa yang memiliki daya
pikat paling besar di dunia…?
Mungkin sebagian besar orang akan
menyebut, That’s, the tallest mountain in
world, Mount Everest.
Meskipun juga, akan banyak orang
lain yang akan menyebut nama nama gunung lain sebagai gunung yang paling
menarik baginya, namun kali ini kita berbicara tentang sebuah gunung yang
paling menarik di dunia, untuk setiap orang, untuk ia kunjungi, dan lebih
daripada itu, mungkin juga untuk ia coba daki hingga ke puncaknya.
Everest adalah sebuah ikon gunung
dunia, berdiri di atas 8850 Mdpl, atau 29.029 ft, dengan segala cerita dan
kisah yang telah terjadi dalam usaha pencapaian puncaknya, gunung ini selalu
menarik perhatian banyak pendaki gunung, ataupun turis lainnya. Meskpun dalam
usaha pencapaian gunung ini, Everest telah banyak mencatatkan tragedi kematian
untuk para pendakinya, namun daya tarik Everest tidak pernah surut, malah kian
menjadi dari hari ke hari.
Saking ramainya para pendaki yang
ingin mendaki puncak dunia ini, suatu ketika saya pernah membaca si dewa gunung dunia, Reinhold Messner, pernah
mengungkapkan kekhawatirannya begini..
“… Saya melihat Everest kian ramai dari hari ke hari, gunung ini seolah
menjadi Kindergarden, alias taman bermain anak anak, di mana mana orang datang,
berdesakan, mengantri menuju puncaknya, tanpa benar benar memperdulikan
keselamatan mereka sendiri…”
Meskipun teknologi equipment, komunikasi,
paramedic, sudah maju sedemikian pesat, hingga sudah dapat mengurangi tingkat
kematian di gunung Everest. Namun, kekhawatiran akan musibah karena faktor lain
yang juga mengancam keselamatan pendaki tetap menjadi perhatian banyak orang.
Kali ini, kita akan bercerita
tentang lima musibah paling terkenal yang pernah terjadi di gunung Everest,
atau top five disaster on Everest. Musibah dan kejadian yang kita ceritakan ini
nanti, telah lama menjadi topik pembicaraan, bahkan di antaranya terus menggema
hingga saat ini.
Baiklah, apa sajakah musibah
paling terkenal di gunung tertinggi di bumi itu, berikut kita akan coba menrangkumnya
dalam top five deadly disaster on Everest.
1.
Hilangnya
George Mallory dan Irvine Andrew.
Dalam tajuk
berita, kebanyakan di sebut nama Mallory
dan Irvine saja biasanya, dua orang pendaki gunung yang hilang di gunung
Everest, yang bahkan berkembang rumornya, jika mereka adalah dua pendaki
pertama yang telah berhasil menjejakkan kakinya di puncak Everest, bukan Sir
Edmund Hillary dan Tenzing Norgay, seperti yang biasa
kita tahu.
Kisah ini terjadi
pada tahun 1924, sebuah ekspedisi ketiga bagi Mallory untuk mencoba memuncaki
Everest, dan menjadi orang pertama di dunia yang bisa melakukannya, ekspedisi
ini sangat menjanjikan mengingat Mallory dan rekannya Irvine Andrew, adalah dua
orang pendaki berpengalaman, yang juga expert dalam hal tabung oksigen, yang
penggunaannya dalam pendakian gunung pada masa itu, masih merupakan sebuah
teknologi yang baru.
Mallory dan Irvine
memilih jalur pendakiannya melalui sisi utara Everest, pernah terdengar juga
kabar yang mengatakan, bahwa sebelum memulai pendakian, Mallory pernah
mengatakan jika pada pendakian kali ini ia tidak akan kembali lagi, namun itu
hanya di anggap joke oleh sebagian
besar orang, dan pendakian pun tetap berlanjut.
Mallory dan
Irvine mendaki hingga jauh, terkahir binocular memperlihatkan mereka sedang
mandaki puncak Everest, namun sesaat kemudian kabut menghadang, menutupi
seluruh pemandangan. Dan saat kabut menghilang, Mallory dan Irvine sudah tidak
terlihat lagi, mereka seolah hilang di telan gunung Everest.
Hingga pada tahun
1999, jenazah Mallory ditemukan terbaring di atas tebing sisi utara, dengan
beberapa tulang patah, yang menandakan ia telah terjatuh sebelum akhirnya tewas
dan membeku di Everest. Rekannya, Irvine hingga saat ini tidak ditemukan lagi, dan
yang paling menggelitik rasa keingin tahuan adalah, keberadaan kamera Kodak
yang mereka bawa, karena kemungkinan besar kamera akan dapat mengungkapkan
apakah Mallory dan Irvine berhasil tiba di puncak di Everest atau tidak,
sebelum mereka menemui ajalnya dan menghilang selama puluhan tahun.
Ada sebagian
orang yang memiliki keyakinan, bahwa
Mallory dan Irvine success reach the
top of Everest before they disappear. Namun pendapat ini sangat sedikit, karena
tidak adanya bukti yang konkret, hanya berdasarkan teori teori semata saja.
Hingga saat ini,
Edmund Hillary dan Tenzing masih di nobatkan sebagai orang pertama yang
berhasil mencapai puncak Everest, meskipun nama Irvine dan Mallory masih merupakan
sebuah misteri besar digunung Everest.
George Mallory & Irvine Andrew
2.
Tragedy
Icefall
Pada pristiwa
ini ada 5 orang Sherpa yang hilang, disapu oleh reruntuhan es yang mengamuk.
Kisah ini terjadi
pada tahun 1970, ketika hampir 150 orang pendaki yang berniat mendaki ke
Everest ditempatkan melalui sisi selatan, termasuk di antaranya adalah
ekspedisi ski dari Jepang yang membawa bintangnya, Yuichiro Miura.
Karena melalu
sisi selatan, tentu mereka harus melewati salah satu rute paling mematikan di
Everest, yaitu Khumbu Icefall, sebuah tempat berbahaya yang topografinya sering
berubah ubah sepanjang waktu.
Pada tanggal 5
April tahun 1970 adalah sebuah hari yang naas di Everest, saat tim ski jepang
melewati Khumbu Icefall, sebuah longsoran menyapu dengan dahsyat, merontokkan
segala yang dilewatinya, termasuk lima orang Sherpa yang hilang di hantam
longsoran. Pristiwa ini adalah salah satu yang terburuk menimpa para Sherpa gunung
Everest, sejak ekspedisi Inggris tahun 1922 yang juga memakan korban dari pihak
Sherpa. Dan kejadian ini pula menjadi sebuah penegasan kepada dunia, betapa
berbahayanya pekerjaan yang di lakukan seorang Sherpa.
A climber crossing crevasse by ladder in Khumbu Icefall
3.
Kematian
David Sharp yang kontroversial
Kematian seorang
pendaki gunung solo dari Inggris bernama David Sharp ini, adalah salah satu
kematian yang kontroversial dan mendapat banyak perhatian dari dunia mountaineering.
Lagi pula buntut pristiwa ini pun berkepanjangan, masih banyak di bicarakan
hingga sekarang.
David Sharp
adalah seorang pendaki berkebangsaan Inggris, ia mendaki gunung Everest
sendirian, dengan budget yang seadanya, perlengkapan yang ia gunakan termasuk
kategori “biasa” untuk gunung sekelas
Everest, hanya backpacknya saja, keluaran brand Berghaus yang dinilai paling
mahal dari sisi harga yang ia gunakan saat itu.
Di sebuah ceruk
di atas pungungan sisi timur laut Everest, hampir 40 orang melewati seorang
pedaki yang sedang sekarat, namun di antara banyak orang tersebut, hanya
beberapa saja yang berusaha menolongnya.
Dan selama beberapa hari tidak ada juga tim yang melaporkan kehilangan anggotanya, sehingga kejadian tersebut tidak terlalu di besarkan, dan di anggap sebagai sebuah musibah yang biasa terjadi pada pendakian di Everest.
Dan selama beberapa hari tidak ada juga tim yang melaporkan kehilangan anggotanya, sehingga kejadian tersebut tidak terlalu di besarkan, dan di anggap sebagai sebuah musibah yang biasa terjadi pada pendakian di Everest.
Namun kemudian
hal ini menjadi ramai, setelah identitas pendaki yang meninggal di ketahui, ia
adalah David Sharp, salah satu pendaki terkenal dari Inggris.
Kejadian ini
semakin menarik perhatian publik mountaineering dunia, karena pristiwa itu juga
berbarengan dengan penyelamatan terhadap seorang mountaineer Australia bernama Lincoln
Hall, yang juga mengalami musibah di bawah puncak Everest. Banyak pihak
yang mengatakan bahwa moral untuk membantu sesama pendaki telah dikalahkan oleh
keinginan memperoleh materi yang lebih banyak, karena memang Lincoln Hall
adalah salah satu anggota ekspedisi yang memiliki budget tinggi, sedangkan
David Sharp adalah pendaki solo dengan budget pas-pasan.
Mengenai musibah
yang menimpa Lincoln Hall, silahkan baca : Lima kisah survival di alam bebas yang paling terkenal di dunia.
Pada pristiwa
kematian Sharp ini, bahkan Edmund Hillary angkat bicara dengan mengatakan…
“.. saya lebih baik tidak memuncaki Everest
dari dulu, jika mengetahui bahwa orang orang selanjutnya lebih mementingkan
puncak, daripada menolong saudara mereka yang sekarat di gunung ini ( Everest )…”.
Namun di lain
sisi, ada juga sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa misi penyelamatan di
Everest bukanlah perkara gampang, di butuhkan kemampuan dan skill yang tidak
sembarangan untuk dapat melakukan hal itu, tentu adalah tindakan yang tidak
bijaksana dari pendaki gunung, jika menyadari dirinya tidak memiliki kemampuan
dan skill yang memadai, namun memaksakan diri untuk menolong orang lain, karena
bisa saja bukan hanya korban pertama yang mesti di selamatkan, melainkan ia pun
bisa menjadi korban berikutnya yang juga mesti diselamatkan lagi.
Adu pendapat
karena kematian Sharp ini terus berlanjut, bahkan conclusion nya belum bisa disepakati hingga sekarang.
David Sharp
4.
North
Col Avalanche
Pristiwa ini
juga membawa nama George Mallory di dalamnya.
Saat itu, pada
tanggal 7 Juni 1922, Mallory bersama tim espedisinya, 2 orang ingris, dan 14
orang Sherpa sedang bergerak lamban dalam kubangan salju sedalam pinggang
menuju North Col yang berada di ketinggian 23.000 ft.
Tengah melangkah
dalam pergerakan yang sangat lambat itu, tiba tiba mereka mendengar suara
gemuruh yang dahsyat, dan dalam hitungan detik sebuah longsoran besar tengah
menuju ke arah mereka, dan menyapu semua yang ada di depannya. 9 orang Sherpa terhempas
di menuju crevasse atau celah es yang dalam, namun 2 orang di antara mereka
masih bisa selamat, sedangkan tujuh lainnya menghilang dalam timbunan es dan
salju yang membeku.
Kejadian tragis ini
sangat memukul Mallory, ia menyalahkan dirinya sendiri karena hal tersebut,
dalam salah satu surat untuk isterinya, Mallory pernah menulis.
“.. Tidak ada kewajiban yang mendasar untuk
saya lakukan, selain mengambil kehormatan untuk mengurus keluarga orang orang
yang telah menemui kematian tersebut, karena mengikuti langkah saya untuk
mencapai tempat yang saya inginkan…”.
5.
Tahun
1996, delapan orang tewas dalam satu hari Di Everest.
Dan ini adalah salah
satu musibah yang di anggap paling mematikan dan fenomenal sepanjang sejarah
pendakian gunung Everest.
Dalam musibah
ini ada 8 orang pendaki yang meninggal, ditambah dengan guide, pemimpin
expedisi, dan Sherpa, selama musim pendakian tahun 1996 total ada 12 orang yang
tewas. Salah satu hal yang dituding menjadi penyebab musibah besar ini adalah,
persaingan yang mulai tidak sehat dalam memperebutkan klien di Everest, juga traffic jam pada puncak, dan sekitar Hillary Step. dan badai tanpa ampun yang
meneggelamkan pendaki dalam kebekuan dan kematian.
Nama besar Rob
Hall dan juga Scott Fischer menjadi sangat ramai
di perbincangkan dalam kejadian ini, Persaingan di antara mereka dalam
memperoleh klient untuk mendaki gunung Everest, di nilai oleh beberapa pihak
sebagai sebuah persaingan bisnis yang lebih bermotifkan ekonomi dan orientasi
uang.
Jika kita membaca
jurnal jurnal tentang tragedi ini, kita akan banyak menemui, bahwa pembelaan
terhadap Rob Hall lebih banyak daripada untuk Scott Fischer, Rob Hall lebih di
akui secara profesionalitasnya, kemampuan, dan juga pengalamannya. Sedangkan
Scott banyak pihak yang bahkan lebih jauh menjudge, bahwa ia mendaki dan
memimpin eksepedisi hanya untuk uang dan popularitas.
Rob sudah 3 kali
memuncaki Everest sebelum kejadian maut tersebut, telah memiliki jam terbang
yang tinggi dalam dunia mountaineering, penuh kedisplinan, sangat care
sekaligus tegas terhadap aturan bagi timnya. Sedangkan Scott, belum pernah
memuncaki Everest, dan dari sisi jam terbang juga masih kalah di bawah Rob.
Salah satu hal
yang memperkuat judge jika Scott hanya mengejar materi dan popularitas adalah
dengan mengundang John Krakauer dalam ekspedisinya, seorang penulis lepas untuk
sebuah majalah pendakian ternama masa itu, Outdoor
Magazine. Dan Krakauer adalah salah satu orang yang selamat dalam musibah
besar itu, bukunya Into thin Air
membahas lengkap kejadian tersebut.
Kisah tragis
tahun 1996 ini memiliki banyak versi yang berbeda, tergantung dari sudut
pandang siapa dan untuk apa kejadian ini dilihat. Banyaknya perspektif ini
pun melahirkan banyak teori dan penafsiran yang berbeda pula, dan salah satunya
yang mungkin akan kita saksikan beberapa hari lagi. Sebuah cerita tentang tragedi
ini telah di filmkan kembali, di bintangi oleh Josh
Brolin, Jake Gylenhall, dan Keira
Knightly, yang berjudul Everest dan akan di rilis dalam
minggu kedua bulan September ini.
Sebelumnya
sebuah versi telah terbit sejak lama, berjudul Into Thin Air, dead in Everest,
berdasarkan persfektif dari John Krakauer, sang penulis bukunya, dan juga
seorang pendaki yang menjadi saksi hidup musibah tersebut.
Everest adalah salah satu gunung
yang mencatat dengan baik musibah yang terjadi di atasnya, dan gunung gunung
lain pun demikian, musibah, bencana, tragedi selalu mewarnai dalam setiap usaha
pencapaian puncaknya.
Mendaki gunung bukanlah sebuah
jenis olahraga yang penuh sorak sorai dan gegap gempita, tidak seperti model
olahraga yang lain, yang jika anda cidera, ada ribuan pasang mata menyaksikan,
ada tim rescue yang segera bertindak, ada paramedic yang cepat merawat.
Di gunung berbeda, untuk sesuatu
yang kita anggap jiwa kita ada di sana, kita akan masuk dalam sebuah dimensi
kesunyian. Dan bila saja musibah, atau kematian menjumpai kita di sana, bisa
jadi tidak akan ada yang menyaksikan, selain kita, dan gunung itu sendiri.
Dan jika engkau mengatakan kalimat
“kembali dalam pelukan gunung”,
itulah dia maksudnya, tidak ada yang lain lagi, hanya ada Tuhan, engkau, gunung, dan
kematianmu sendiri…
Salam
Please share if you like this
article
Baca juga : Limagunung paling mematikan di muka bumi
Posting Komentar untuk "Lima musibah besar yang paling terkenal di Everest : Top five deadly disaster on Everest"