Doug Hansen in Everest 2015, Alasan mendaki gunung yang ingin didengar banyak orang
Ketika sedang berkumpul di dalam
sebuah tenda induk di EBC ( Everest Base Camp ), dimana semua pendaki
berkumpul dan menghadap sebuah meja besar. John Krakauer yang memang seorang
wartawan mengajukan sebuah pertanyaan kuno, yang menjadi sangat klasik dan
fundamental dalam dunia pendakian gunung.
“… Why you are climb a mountain…, mengapa kalian mendaki gunung, untuk
apa, what’s a reason..., apa alasannya…?”
Semua berpandangan, sambil bibir
tersenyum lebar, menganggap pertanyaan Krakauer hanya sebuah gurauan semata, tak ada suara yang menjawab, hanya ada kekehan tertawa saja yang
terdengar.
“… I’m serious, saya serius,
mengapa, apa alasannya…,Mungkin bisa dimulai darimu Yasuko…?”
Krakauer memberi tekanan
kalimatnya, menandakan bahwa ia serius dengan pertanyaannya.
Dan Yasuko Namba yang dituju, pendaki
perempuan Jepang yang telah memuncaki 6 puncak dari seven summit dunia, tampaknya
memang harus membuka suara dan memberi jawaban.
“… ya,, I was climb six mountain
of seven summits, so I have to climb this mountain, Everest, the last one..
saya telah mendaki enam puncak yang menjadi puncak seven summit dunia, jadi
saya harus mendaki yang ke tujuh, Everest ini, sebagai yang terakhir,,,”
“.. That’s not answer., itu bukan
sebuah jawaban…” ujar Krakauer menanggapi, “ and how about you Beck…? “ Kali
ini Beck Weather yang ditanya, yang duduk di meja ujung, bersebelahan dengan
Yasuko Namba dan Andy Harris.
“.. Me,, saya sebenarnya pergi ke
Everest ini tanpa memberitahu isteri saya, you know,, dalam kehidupan saya
sehari hari, saya telah merasa ada sebuah awan gelap yang mengikuti kemanapun
saya melangkah, dan di gunung saya menemukan obatnya, jadi that’s a reason I
climb a mountain, included Everest right now…”
“.. Ok your turn Doug, you a postman, you a mailman, why you climbing
the Everest, kau tidak mau mengantar surat kan ke puncak Everest…?”
Gelak tawa mewarnai saat
mendengar Doug Hansen di tanya begitu.
“.. ya ini adalah ketiga kalinya saya mencoba mendaki gunung tertinggi di
dunia ini, dua kali sebelumnya saya gagal mencapai puncak…”
Doug berhenti sejenak, sambil
tersenyum senyum memainkan cangkir mimun di atas meja, ia melanjutkan
kalimatnya kembali.
“.. saya berasal dari sebuah kota kecil di Amerika sana, tak jauh dari
tempat tinggal saya ada sebuah sekolah untuk anak anak, saya seorang tukang
pos, pekerjaan saya adalah mengantarkan paket dan surat, dan dalam perjalanan
ke Everest ini, anak anak sekolah itu turut membantu saya mengumpulkan dana dan
biayanya, dan terimakasih yang dalam kepada Rob Hall yang telah memberi saya
beberapa keringanan dalam pendakian ini….”
Doug Hansen kembali menghentikan
ucapannya, dan menoleh kepada Rob Hall yang duduk di seberang meja sebelah
kanannya. Rob hanya mengangguk dan tersenyum.
“.. Saya orang biasa, tidak memiliki banyak uang, dan tidak memiliki
banyak kelebihan, namun itulah tujuan saya kesini, untuk membuktikan kepada
anak anak yang telah menitipkan bendera sekolahnya kepada saya, untuk
membuktikan bahwa setiap orang bisa meraih impian mereka, setiap orang mampu
mencapai puncak dunia, selama mereka mau berjuang dan sungguh sungguh untuk
mencapainya. Dan untuk membuktikan, bahwa setiap orang biasa mampu mencapai
impian yang luar biasa, itulah alasan saya ke sini…”
Doug Hansen menutup kalimatnya
dengan mata berkaca, haru memenuhinya lubuk hatinya, dan beberapa kalimatnya
barusan membuat semua terdiam beberapa saat, sebelum Beck Weathers dari ujung
meja memecah keheningan.
“ I’m with you Doug..”
“ Me too…” Rob Hall ikut menyambut.
“.. and me too…” Guy Cotter
yang berdiri di belakang Yasuko Namba juga ikut bersuara
“ ya,, we all with you Doug…” Andy
“ Harold” Harris yang duduk persis di
samping Doug Hansen bicara sambil menepuk pundak Doug.
“… and the other reason, why we climb the mountain, becauseee…..”
Beck yang berbicara lagi mengakhiri kalimatnya denga titik titik, seolah olah
seperti seorang ibu guru menunggu muridnya bersuara.
“..Because mountain is out there…!!! “
Suara orang orang itu setengah
berteriak sambil menangkat tangan dengan mengacungkan jari telunjuk mengarah ke
luar tenda, kemudian di ikuti suara tawa bergelak.
Ya adegan itu ditutup dengan gaya
khas sang legenda George Mallory saat
menjawab pertanyaan banyak orang tentang alasan mengapa ia mendaki gunung, dan
ia selalu menjawab dengan kata kata “ because
mountain is out there…”, dan jawaban ini menjadi terkenal dan legendaries hingga
saat ini.
***
Sahabat masih ingat adegan di
atas kan..?
Saya tidak pasti, apakah plotnya
benar benar sesuai seperti yang saya gambarkan di atas, atau ada sedikit
perbedaan pada detailnya, namun untuk pesan dan maksud yang ingin disampaikan, saya
pastikan sama.
Ini mungkin adegan yang tidak
banyak menjadi perhatian banyak orang, namun menurut saya ini adalah penekanan
yang mendalam dalam film Everest tahun 2015 ini. Sosok Doug Hansen adalah tokoh special dalam menampilkan drama
tragedi kematian tahun 1996 silam di film ini, alasan mengapa ia mendaki
gunung, adalah sebuah alasan yang tidak hanya bercerita mengenai ambisi
personalnya dalam menggapai puncak, namun merupakan sebuah tugas yang mesti ia
tunaikan untuk menjadi contoh dan pelajaran bagi yang lainnya, bahwa mencapai
puncak bisa dilakukan oleh siapapun, asalkan dengan usaha yang sungguh sungguh,
bahkan oleh seorang yang hanya berprofesi sebagai tukang pos sekalipun.
Tiga tokoh utama dalam film Everest 2015
Doug Hansen juga yang menjadi “penyebab” kematian Rob Hall dalam
adegan selanjutnya, ketika waktu sudah sampai hampir pukul 16:00, ia tetap
memaksakan diri mendaki hingga puncak, melanggar batas waktu jam 14:00 dalam
aturan summit saat itu.
Rob Hall yang tulus dan bersifat
sangat care tidak bisa membiarkan Doug Hansen mendaki sendirian, dan ia pun
menemaninya hingga ke puncak. Dan dalam perjalanan turun saat melewati Hillary
Step, semua bencana dan “pembantaian”
oleh alam dimulai, badai mengamuk, angin menderu, jarak pandang menjadi hilang,
dan pada akhirnya menjadi penyebab tewasnya delapan pendaki dalam satu hari,
yang menjadi musibah terburuk sepanjang sejarah pendakian gunung Everest.
Doug Hansen adalah orang pertama
yang menemui kematiannya, terjatuh ke dalam jurang karena gagal mengaitkan
ascender di pinggangnya ke sebuah fix line di dasar Hillary Step. Ia tewas
setelah sebelumnya setengah pingsan, dan ditarik paksa oleh Rob Hall untuk tetap
berjalan turun.
Doug Hansen mungkin tidak menjadi
perhatian banyak orang, tidak seperti penampilan Rob Hall, Scott Fischer, Beck
Weathers, yang menjadi tokoh utama film ini, atau juga seperti si tangguh Anatoli Boukreev. yang berhasil menggendong tiga pendaki yang terjebak sekarat di tengah badai.
Bahkan, Doug Hansen adalah
pendaki terlemah dari semua yang summit hari itu, ia kalah dari Yasuko Namba, ia
tertinggal jauh dari Sandy Hill, namun Doug Hansen memiliki sebuah alasan yang
indah dalam melakukan perjalanan pendakiannya, mungkin saja lebih indah dari
semua alasan pendaki yang lainnya.
Doug Hansen menunaikan tugas
untuk dirinya sendiri, dan juga anak anak yang telah menitipkan bendera
padanya, dan untuk semua orang yang memiliki mimpi yang tinggi, namun ragu dengan
keterbatasan mereka.
Doug Hansen ingin membuktikan If ordinary man can reach the extraordinary dream, bahwa orang biasa mampu meraih impian yang luar biasa.
Doug Hansen ingin membuktikan If ordinary man can reach the extraordinary dream, bahwa orang biasa mampu meraih impian yang luar biasa.
Dan itu alasan yang cukup, untuk
membuat kita menaruh hormat kepadanya.
Salam
Please share and coment if you
like this article
ya tokoh ini yang buat saya geram mas anton saat nonton everest. haaaa mgkn terlalu terhanyut. sukses trus mas.. saya ikuti blog sampean stiap hari
BalasHapusIya mas,, terlalu maksa dianya.. sudah 2 kali coba dan gagal, jadi mungkin yang ketiga, mungkin tekadnya harus ke puncak apapun yang terjadi.
HapusOya, wah terimakasih banyak untuk kunjungan setianya mas @cataleya