Pesan Dania Agustina & Aron Ralston, ini juga adalah pesan untuk anda semua
Masih sangat hangat menjadi
berita musibah kematian salah satu pendaki gunung Semeru baru baru ini, Dania
Agustina Rahman, seorang pendaki dari kota Bogor jawa Barat, berusia 19
tahun,dan masih tercatat sebagai mahasiswi aktif di sebuah perguruan tinggi dikota
kembang, Bandung.
Dari berbagai kabar, Dania
diberitakan tewas karena tertimpa longsoran batu yang tepat mengenai kepalanya
di gigir pendakian menjelang puncak Mahameru. Dania juga diketahui bukan satu
satunya korban dalam tragedi naas itu, bersamanya ada seorang pendaki pula
benama Rendyka yang mengalami cidera patah kaki, ikut dihantam batu lepas di
jalur pendakian gunung tertinggi di pulau Jawa tersebut.
Dania di beritakan sedang duduk
istirahat kelelahan di jalur pendakian, saat batu longsoran itu terjun ke
arahnya, sehingga dalam kondisi membelakangi puncak gunung, Ia sama sekali
tidak siap menghindari dari laju batuan longsor itu.
Sebelumnya di Semeru juga, salah
seorang pendaki asal kota Medan Sumatera Utara. Juga dikabarkan hilang saat proses perjalanan turun dari puncak
Semeru. Dan tim SAR gunung Semeru masih melakukan aktifitas pencarian ketika Dania
dan rekannya Rendyka, ditimpa musibah yang membuat geger lagi dunia pendakian
gunung di Indonesia.
Menanggapi berita semacam ini,
tentu akan banyak ulasan tentang risiko risiko aktifitas pendakian gunung,
kembali para senior akan menceramahi banyak para juniornya terkait akan hal ini,
safety first, mountain is not your
kindergarden, atau hal hal lain yang sifatnya peringatan keras kepada para
pendaki, ataupun untuk orang orang yang memiliki ketertarikan untuk mencoba mendaki
gunung, bahwa aktifitas pendakian gunung bukanlah perkara remeh yang bisa
dilakukan sambil menutup mata akan segala resikonya, bahwa mendaki gunung adalah
salah aktifitas penuh bahaya, di balik segala pesona dan keindahannya yang banyak menarik orang saat ini di sosial
media.
Sebagai salah satu orang yang
juga menggemari kegiatan yang sama, yaitu mendaki gunung. Melalui blog ini saya
pun ingin menyampaikan belasungkawa dan rasa dukacaita medalam atas musibah
yang telah meluruhkan hati seorang Ibu yang kehilangan anak tercintanya ini,
musibah yang telah juga memutuskan harapan kedua orang tua saudari Dania.
Hanya doa saat ini, yang dapat dipanjatkan, semoga Allah Yang Maha Menguasai segala, berkenan mengampuni segala dosa dan salah almarhumah, menempatkan beliau ditempat yang layak di sisi-Nya, dan pula menganugrahkan kesabaran untuk orang tua, keluarga,dan sahabat yang ditinggalkan.. Aamiin.
***
Hanya doa saat ini, yang dapat dipanjatkan, semoga Allah Yang Maha Menguasai segala, berkenan mengampuni segala dosa dan salah almarhumah, menempatkan beliau ditempat yang layak di sisi-Nya, dan pula menganugrahkan kesabaran untuk orang tua, keluarga,dan sahabat yang ditinggalkan.. Aamiin.
***
Ada hal lain yang menarik disini, karena dalam banyak sumber berita juga,
saya mendapati sebuah kesamaan informasi tentang musibah Dania ini, tentang
bagaimana ia mengabaikan restu orang tuanya dalam mengadakan pendakian ke
gunung yang terkenal dengaan killing field blank
75 nya ini , Dania diberitakan tidak memberitahu orang tuanya prihal
keberangkatannya menuju puncak para dewa gunung Semeru, ia hanya mengatakan
akan merayakan ulang tahunnya di kota gudeg Jogjakarta, alih alih mendaki
gunung ke Semeru.
Restu orang tua, is your access permit ( must be )
Bukan ingin mencela apa yang
telah dilakukan almarhum, namun semoga ini tidak hentinya menjadi pelajaran
yang berharga untuk kita bersama, bahwa memperoleh izin dan restu dari kedua
orang tua dalam proses pendakian gunung, atau izin suami atau istri, atau anak anak, jika sudah menikah,
semestinya tidak menjadi hal yang gampang untuk disepelekan.
Sayangnya ini terjadi dengan Dania, ia mengabaikan restu dan izin dari seorang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh cinta dan pengharapan.
Sayangnya ini terjadi dengan Dania, ia mengabaikan restu dan izin dari seorang Ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh cinta dan pengharapan.
Tentu, tidak ada yang mau
mengakhiri hidupnya dalam sebuah proses pendakian gunung, semua orang yang
mendaki gunung ingin kembali pulang dengan selamat dan sehat, tanpa cidera, dan
tanpa terluka. Bahkan pada zaman sekarang ini, lebih dari sekedar selamat
pulang saja keinginan banyak orang dalam mendaki gunung, namun mereka juga ingin
segera memamerkan foto foto perjalanan mereka dalam mendaki gunung ke dalam
sosial media. Hingga sisi lain dari hal ini, kecendrungan untuk menikmati alam raya
tidak lagi di dominasi oleh para pencari kekhusyu’an alam sunyi, namun lebih
sekedar daripada arena mencari gambar bagi para aktifis sosial media.
Sejalan dengan pristiwa yang
dialami Dania, sebuah kisah petualangan yang lebih dikenal karena diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film, juga telah
memberikan pelajaran tentang perjalanan petualangan dan kaitannya dengan keharusan
meninggalkan pesan kepada keluarga, tentang kemana arah yang dituju, dan
perjalanan semacam apa yang dilakukan.
Dalam film ini dituturkan betapa menyesalnya sang tokoh yang bernama Aron Ralston kerena ia pergi tanpa meninggalkan pesan kepada keluarganya, petualangannya berujung bencana saat lengan kanannya terjepit batu besar dalam celah ngarai sempit di dataran liar Grand Canyon,Utah sana.
Dalam film ini dituturkan betapa menyesalnya sang tokoh yang bernama Aron Ralston kerena ia pergi tanpa meninggalkan pesan kepada keluarganya, petualangannya berujung bencana saat lengan kanannya terjepit batu besar dalam celah ngarai sempit di dataran liar Grand Canyon,Utah sana.
Aron digambarkan sangat menyesal
karena ulahnya itu, tidak berpamitan kepada kedua orang tuanya, tidak
meninggalkan pesan untuk keluarganya, belum menjadi ayah yang baik untuk
puteranya. Dalam drama yang digambarkan dengan sangat baik itu, akhirnya
tedorong oleh keinginan untuk bisa berjumpa kembali dengan buah hatinya, Aron
mengambil keputusan berani untuk memotong lengan kanannya, guna terbebas dari
jepitan batu di ngarai maut tersebut.
Pada akhirnya ia memang selamat meskipun ia harus merelakan lengan kanannya menjadi buntung.
Pada akhirnya ia memang selamat meskipun ia harus merelakan lengan kanannya menjadi buntung.
Tentu ada sudah hapal dengan
cerita di film itu ya..? ya itu adalah si Aron Ralston dalam salah satu film
adventure survival terbaik belum lama ini, 127 Hours.
Saat ini kita dihadapkan kembali
dengan kisah nyata dari negeri sendiri, seorang Dania, ia juga memutuskan bertualang tanpa
memberitahukan kepada orang tuanya.
Jika Aron bertualang sendiri, maka Dania bersama rombongannya, sehingga itu membuatnya mempertimbangkan bahwa yang ia lakukan tidak akan terlalu berbahaya. Namun selanjutnya, jika Aron bisa selamat pulang kembali ke keluarganya untuk bisa menebus kesalahannya, maka dengan berat hati harus kita katakan, bahwa Dania tidak selamat, ia meninggal dalam petualangannya itu.
Jika Aron bertualang sendiri, maka Dania bersama rombongannya, sehingga itu membuatnya mempertimbangkan bahwa yang ia lakukan tidak akan terlalu berbahaya. Namun selanjutnya, jika Aron bisa selamat pulang kembali ke keluarganya untuk bisa menebus kesalahannya, maka dengan berat hati harus kita katakan, bahwa Dania tidak selamat, ia meninggal dalam petualangannya itu.
Dania tidak bisa lagi meminta maaf
kepada Ibunda karena tidak menghiraukan restunya, ia juga tidak sempat mencium
tangan ayahnya untuk berpamitan sebelum pergi jauh untuk selamanya.
Sekali lagi, tidak ada yang mau
mengakhiri hidupnya di gunung manapun, namun jika maut menghampiri kita disana,
siapa yang bisa menghindar…?
Tidak ada yang bisa mengelak,
tidak ada yang dapat luput dari dekapan maut jika ia telah menjemput, karena
itu, sebuah pelajaran untuk kita semuanya, pastikan untuk meninggalkan kesan dan pesan
terbaik saat memutuskan untuk berada jauh dari siapa saja yang berarti dalam
hidup kita, utamanya keluarga, baik untuk waktu yang sementara, lebih lebih
untuk waktu yang mungkin lebih lama.
Tinggalkanlah pesan untuk ayah
bunda, kemanapun kita akan melangkah. Semoga
restu dan doa keduanya tetap menaungi kita dalam setiap langkah, meskipun
langkah itu, bisa saja menjadi langkah terakhir yang kita miliki.
Salam.
Share and coment if you like this
article
Baca juga : tentang makna mendalam dari pendakian gunung disini
setuju ..
BalasHapusbaru" ini ga direstuin ayah karna mau muncak di merapi, karna ga dapet ijin akhirnya dibatalkan sama sekali tidak kecewa hehe justru harus rajin berdoa semoga di ijinkan aamiin :)
Salam mbak Utami, terimakasih untuk comentnya.
HapusAaamin.. dan Jangan lupa persiapan yang matang ya mbak Utami,, jika dikemudian hari mendapatkan izin dari ayah untuk mendaki gunung...
Emang restu orangtua jika dikaitkan dengan petualanga adalah restu bumi dan tiket utama dalam perjalanan...
BalasHapusAlhamdulillah masih bisa kembali ketengah mereka setelah 4 hari hilang orientasi di Argopuro dengan segala kejadian di luar nalar keduniaan terjadi pada kami berdua dan memang hanya kami berdua di gunung itu selama pendakian kala itu entah memang hanya kami berdua atau memang penglihatan kami yang terhalang sesuatu yang kasat mata
Tapi ditengah hampir putus asa hati kami teringat dengan ijin mendaki kala itu yang ta kunjung kami dapatkan dari orang tua kami terutama ibu, dalam doa kami serahkan semua "jika memang ini pendakian kami terakhir kami ikhlas dan jika bukan kami harus pulang dan meminta keridhoan orang tua" dan alhamdulillah kami pulang dengan segala cerita dan keanehan dari kuasaNya