Inggris kembali
mengadakan ekspedisi mereka ke Everest yang ke-sembilan kalinya pada tahun
1953, dipimpin oleh John Hunt, seorang komandan militer dari ketentaraan
Inggris. Tidak kurang dari 15 orang pendaki berpengalaman bergabung dalam ekspedisi
Inggris tahun 1953 ini, termasuk beberapa diantaranya adalah Charles Evans, Tom
Bourdillon, George Band, Alfred Gregory, Michael Westmacott (Inggris), Edmund
Hillary, George Lowe (Selandia Baru), serta Sherpa Annullu dan Sherpa Tenzing
Norgay dari Nepal.
Seperti pada skema
percobaan sebelumnya, John Hunt juga memilih sepasang pendaki pada tiap upaya
melakukan pemuncakan. Dalam ekspedisi ini pasangan pertama yang dipilih Hunt
adalah Tom Bourdillon dan Charles Evans, dua pendaki yang dianggap sebagai ujung
tombak utama ekspedisi. Tanggal
26 Mei 1953 Charles Evans
dan Bourdillon melakukan pendakian hingga mencapai ketinggian 100 meter di bawah puncak Everest,
namun permasalahan pada tabung oksigen yang digunakan Evans memaksa keduanya
untuk segera menarik diri dan mundur. Dua hari kemudian, John Hunt kembali
mengirimkan
dua pendakinya sebagai tim kedua untuk melakukan upaya pemuncakan. Dan kali ini yang terpilih adalah
Edmund Hillary si pendaki Selandia Baru, dan Tenzing Norgay, seorang Sherpa
Nepal yang berasal dari Darjeeling, India.
Pengalaman dan skill
Norgay yang telah mencapai ketinggian 8.595 meter bersama ekspedisi Swiss tahun
sebelumnya terbukti sangat membantu menemukan rute yang lebih tepat pada
ekspedisi kali ini. Karena pada tanggal 29 Mei 1953, tepat jam 11:30, Norgay
dan Hillary berhasil mencapai puncak tertinggi gunung Everest melalui rute
South Col. Sebelum turun kembali, Norgay dan Hillary sempat berhenti di puncak
Everest cukup lama untuk mengambil foto, mengubur beberapa permen dan sebuah
bandul salib kecil yang dibawa Hillary ke dalam salju puncak
Everest. Kata-kata pertama yang diucapkan Hillary saat turun dari puncak dan
menemui George Lowe adalah “Well, George,
we knocked the bastard off”. Ucapan Hillary ini juga tercatat dalam buku yang ia tulis
berjudul; High Adventure: The True Story of the
First Ascent of Everest, sehingga
atas dasar ini beberapa literatur juga mencantumkan kata Bastard sebagai nama lain dari Everest.
Berita tentang
keberhasilan Hillary dan Norgay ini segera sampai ke telinga James Morris,
seorang koresponden surat kabar The Times di Himalaya. Morris menerima informasi ini pada tanggal 30 Mei
1953, dan segera mengirim pesan berkode melalui seorang pelari pembawa pesan ke
Namche Bazaar, dimana pesan berkode tersebut dapat diteruskan ke Kedutaan Besar
Inggris di Kathmandu melalui telegram. Kemungkinan besar berita tentang
pencapaian Everest adalah berita utama terakhir yang dibawa oleh seorang pelari
pembawa pesan untuk dikabarkan kepada dunia.
Dalam makalahnya, James
Morris menulis bahwa pesan berkode yang ia kirimkan berbunyi sebagai berikut; "Snow
conditions bad stop advanced base abandoned yesterday stop awaiting
improvement".
Sebelumnya memang telah disepakati bahwa kalimat "Snow Conditions Bad" adalah sebuah sandi untuk
mengkonfirmasi bahwa puncak Everest telah berhasil dicapai. Sementara kalimat "Advance Base Abandoned"
merujuk kepada pendakinya yaitu Edmund Hillary (kalimat kode untuk Charles
Evans adalah "Ridge Camp
Untenable", sementara untuk Michael Westmacott, kalimat sandinya adalah
"Assault Postponed")
Berita diterima dan
diartikan tanpa kendala oleh pemerintah Inggris di London, dan karena secara
kebetulan bertepatan dengan rencana upacara penobatan Ratu Elizabeth II, maka
berita yang sangat menggembirakan itu dirilis
pemerintah Inggris pada keesokan harinya, tanggal 2
Juni 1953.
Keberhasilan ini
memandikan hampir keseluruhan anggota ekspedisi dengan penghargaan, hadiah, dan
juga reward lainnya. Ketika tiba di Kathmandu, Edmund Hillary telah mendapati
dirinya ditunjuk sebagai Panglima Kstaria Kerajaan Inggris, sementara John Hunt
memperoleh kehormatan lain sebagai Bachelor
of Knight atas upayanya
memimpin ekspedisi. Tanggal 22 Juni 1953, pemerintah Nepal mengadakan semacam
resepsi untuk memberi penghormatan kepada ekspedisi tersebut. Tenzing Norgay dihadiahi
sebuah dompet berisi uang sepuluh ribu rupee (bernilai setara 500 euro saat
itu) oleh ratu senior Nepal.
John Hunt dan Edmund Hillary juga diberi sebilah kukri (pisau tradisional Nepal) yang sarungnya berhiaskan permata. Sementara anggota ekspedisi lainnya,
juga diberi semacam peti kecil yang juga bertatahkan perhiasan dan permata.
Pada hari yang sama,
pemerintah India juga mengumumkan untuk pembuatan medali emas baru, sebuah
medali yang dipersembahkan bagi sebuah pencapaian dan keberanian sipil dimana
John Hunt, Edmund Hillary, dan Tenzing Norgay akan menjadi penerima pertama
medali tersebut.
Tanggal 7 Juni 1953, disiarkan pula bahwa Ratu Elizabeth ingin mengenal dan
mengetahui lebih banyak tentang pencapaian Tenzing Norgay, dan kemudian pada
tanggal 1 Juli-nya, diumumkan secara resmi bahwa Ratu Elizabeth II telah
menganugrahkan George Medal untuk
Tenzing.
Beberapa orang menilai
pemberian George Medal untuk Tenzing
merupakan bentuk kefanatikan kecil dari rasa superioritas pemerintah Inggris.
Seperti diketahui,
George Medal adalah sebuah penghargaan ‘tingkat rendah’ dari pemerintah Inggris
untuk individu yang dinilai telah memberikan sebuah pengabdian yang tidak
begitu luar biasa bagi pemerintah Inggris. Hal ini tentu menjadi sangat kontras
jika dibandingkan dengan penghargaan yang diberikan kepada John Hunt ataupun
Edmund Hillary. Padahal porsi pengabdian yang diberikan oleh Tenzing dan
Hillary adalah sama di Everest, bahkan beberapa komentator menyebutkan lebih
lanjut, jika Tenzing telah menyumbangkan lebih banyak peran daripada yang
lainnya.
Penghargaan terus
berdatangan untuk semua anggota ekspedisi ini pada waktu-waktu berikutnya,
seperti Medali Hubbard dari National Geographic Society yang
sebelumnya tidak pernah diberikan kepada sebuah tim. Kemudian ada lagi Cullum Geographical Medal dari American Geographical Society, Founder’s Medal dari Royal Geographical Society, serta Lawrence Medal dari Royal Central Asian Society, dan tak ketinggalan juga gelar
kehormatan yang dinisbahkan oleh Universitas
Aberdeen, Universitas Durham,
juga Universitas London. Dapat
dikatakan, tak ada sebuah pencapaian puncak gunung yang begitu dielu-elukan di
seluruh dunia, kecuali pencapaian pada tahun 1953
di Everest ini.
Pencapaian first ascent
Everest oleh
Hillary dan Tenzing pada perkembangannya bukan tak meninggalkan problema. Sebuah perselisihan
sedikit menyeruak ketika sebuah spanduk besar yang dipasang di Kathmandu
bergambar Tenzing sedang menarik Hillary yang dalam kondisi ‘setengah sadar’ ke
puncak Everest dikomentari banyak orang. Secara tidak langsung spanduk ini memberi kesan bahwa Tenzing
Norgay lebih dulu sampai puncak Everest, kemudian ia menarik
Hillary agar sampai di puncak itu pula.
Secara umum telah
disepakati bahwa pencapaian
puncak Everest ini merupakan kesuksesan dari upaya sebuah tim yang diwakili
oleh sosok Hillary dan Tenzing, bukan pencapaian dari sebuah dominasi upaya
individu. Namun hal itu tetap tidak mampu menepis pertanyaan publik yang
penasaran, siapakah di antara kedua pria tersebut (Edmund Hillary dan Tenzing
Norgay) yang menginjakkan kakinya di puncak Everest terlebih dahulu. Beberapa spekulasi yang
disandarkan dengan berbagai macam teori bermunculan menambah panas kekisruhan
itu. Lebih buruknya lagi
perebutan opini mengenai siapa yang lebih dulu mencapai puncak juga bercampur dengan kondisi perpolitikan
India dan Inggris yang memang sedang
tidak kondusif. Beberapa pihak yang menentang imperialisme dan penjajahan di
India dan Nepal berupaya menggiring opini masyarakat bahwa Tenzing-lah orang
pertama yang meraih puncak, bukan Hillary. Sementara pemerintah Inggris juga
berdiri diatas rasa superior mereka dan tak dapat menerima begitu saja jika Edmund Hillary ada dibelakang
Tenzing Norgay pada
pristiwa paling bersejarah dalam kamus mountaineering dunia tersebut.
Tenzing akhirnya tampil
ke publik dan mengakhiri spekulasi yang bahkan tampak bernuansa mengadu domba
tersebut. Dengan
penuh sikap ksatria Tenzing mengakui bahwa Hillary adalah orang pertama yang mencapai
puncak, bukan dirinya. Sumber lain yang tidak begitu jelas sempat mengisahkan
bahwa Tenzing berjalan didepan Hillary pada perjalanan terakhir mereka menuju
puncak Everest.
Namun
beberapa langkah sebelum mencapai puncak tertinggi, Tenzing berhenti dan
memberi jalan kepada Hillary seraya berkata kurang lebih seperti ini “itu dia impianmu, tempat yang kau
cita-citakan, raihlah ia”.
Namun,
jikapun kenyataan sebenarnya memang demikian, maka apa yang dilakukan Tenzing
sebagai seorang sherpa dan pemandu gunung tinggi ini bukanlah yang pertama. Tanggal 11 Agustus
1858, hampir satu abad sebelum first ascent Everest, sikap luar biasa dalam
jagat mountaineering juga ditunjukkan oleh dua guide pendamping Charles
Barrington saat ia berhasil mencapai puncak Eiger sebagai yang pertama kalinya. Saat itu dua guide
professional yang menemani Barrington (Christian Almer dan Peter Bohren) hampir
saja menyentuh puncak Eiger, namun seperti yang dilakukan Tenzing Norgay di
Everest 96 tahun kemudian, Almer dan Bohren juga berhenti beberapa langkah
menjelang puncak tertinggi Eiger, dan memberi kesempatan pada Barrington untuk
menjadi yang pertama.
Apa yang terjadi di
Eiger tampak memiliki keabsahan cerita yang lebih valid karena Charles
Barrington sendiri yang menuturkan hal itu kepada publik selepas mereka turun
dari Eiger, berikut kurang lebih kalimat yang disampaikan Barrington;
“Dua
guide ini (Christian Almer dan Peter Bohren) sangat baik kepadaku, menjelang
langkah terakhir mereka memberi saya tempat dan kesempatan untuk menjadi yang
pertama di puncak gunung Eiger..”
Sikap yang ditunjukkan
oleh Christian
Almer dan Peter Bohren
di Eiger, juga Tenzing Norgay di Everest (sekali lagi jika faktanya memang
demikian) tak dapat disanggah lagi adalah sebuah pencapaian sejati yang bahkan
lebih besar dari gunung yang mereka daki sendiri. Merelakan seseorang mengambil
podium sebagai yang pertama di puncak gunung yang menjadi magnet utama
pendakian dunia (Everest dan Eiger adalah icon mountaineering dunia dengan
kelasnya masing-masing), sementara ia memiliki kesempatan untuk memperolehnya
lebih dulu, tentu merupakan sebuah sikap yang tidak mudah. Dibutuhkan banyak
kelapangan hati dan jiwa besar untuk dapat melakukannya pada detik-detik terakhir.
Menjadi yang pertama
adalah ego terbesar mountaineering
yang bertahan sejak lama, bahkan sejak sejarah kegiatan ini dimulai. Mengapa
begitu banyak orang berlomba-lomba melakukan ekspedisi, menghabiskan dana
sedemikian banyak, belum lagi resiko kehilangan nyawa yang seringkali terjadi.
Itu karena semuanya didorong oleh ambisi untuk menjadi yang pertama berdiri di
puncak, setidaknya ini adalah salah satu kesan yang dapat ditangkap dengan
mudah pada era pioneering. Jadi, ketika ada seseorang yang merelakan sebuah
pencapaian yang begitu didambakan oleh begitu banyak manusia, disaat ia
memiliki kesempatan untuk memperolehnya lebih dulu, maka dapat dipastikan tanpa
ragu, ini adalah sebuah jenis pencapaian kesuksesan yang sebenarnya, sebuah
kemenangan yang lebih tinggi nilainya daripada keberhasilan first ascent.
Setelah kesuksesn
ekspedisi Inggris tahun 1953 di Everest yang mengantarkan Edmund Hillary dan
Tenzing Norgay sebagai first ascent yang benar-benar diverifikasi (pencapaian
Mallory dan Irvine masih merupakan misteri yang tidak terpecahkan). Sebuah tim lain
datang ke Everest pada tahun 1956 dan menjadi ekspedisi kedua yang berhasil
mencapai puncak Everest. Tim ini adalah sebuah ekspedisi dari Swiss yang
berhasil mengirim Jürg Marmet dan Ernst Schmied
meraih puncak pada tanggal 23 Mei 1956. Tidak hanya Schmied dan Marmet, tanggal
24 Mei, ekspedisi Swiss ini juga berhasil mengirim dua pendaki lain ke puncak
Everest bernama Hans
Rudolf von Gunten dan Dölf Reist.
Tahun 1960, tujuh tahun
setelah first ascent Everest, tim China juga berhasil menorehkan prestasi lain
dengan mencapai puncak Everest melalui rute North Ridge. Para pendaki yang mencapai puncak
pada ekspedisi ketiga yang sukses di Everest ini adalah Wang Fuzhou, Gonpo, dan Qu Yinhua. Tahun 1963
kemudian menjadi tahun yang menggembirakan bagi Amerika di Everest, Jim
Whittaker ditemani oleh Sherpa Nawang Gombu pada tanggal 1 Mei 1963, berhasil
mencapai puncak Everest sebagai orang Amerika pertama yang berhasil
melakukannya.
Dikutip dari buku MAHKOTA HIMALAYA halaman 298-306 karya Anton Sujarwo
Thanks for sharing, sukses terus..
ReplyDeleteKunjungi juga http://bit.ly/2wtC5j4