The North Face, nama ini begitu
melegenda saat ini, tidak tahu siapa sebenarnya orang pertama yang mendapatkan
ide untuk merangkai tiga kata tersebut.
Di negara kita, Indonesia, jika
disebut nama The North Face, maka sebagian besar untuk masyarakat awam mungkin yang terbayang
adalah sebuah merek yang melekat pada
aneka macam produk pendaki gunung dan aktifitas petualangan. Mulai dari jaket,
tas, sepatu, kaos, hingga tenda dan semacamnya. Di antara banyak produk outdoor
yang lainnya, yang paling populer memang adalah brand ini, The North Face.
Perusahaan ini sendiri yang
bergerak khusus memproduksi perlengkapan outdoor, didirikan oleh Douglas
Tompkins pada tahun 1966 di San Fransisco, Amerika Serikat. Meskipun Douglas
Tompkins tidak begitu lama mengurus bisnisnya ini, karena pada tahun
sekitar 1968 ia menjualnya kepada Kenneth Hap Klopp dengan harga
kurang lebih $50.000, nama The North Face berkembang menjadi brand dengan tingkat
kepopuleran paling besar di dunia, bahkan hingga saat ini.
Dan nama The North Face sendiri,
menurut cerita Doug Tompkins, terinspirasi dari perjalanan hikingnya ke Eagle Mountain di Minnesota. Di sana, Tompkins melihat sisi utara gunung tersebut yang
terasa lebih dingin, lebih banyak es, dan lebih rumit untuk dipanjat. Kemudian
logo The North Face sendiri, yang begitu familiar seperti yang kita kenal saat
ini, bukanlah logo pertama kali saat bisnis ini dicetus oleh Tompkins.
Logo The North Face dengan model
seperempat lingkaran seperti saat ini di desain pada tahun 1971 oleh seorang
desainer logo bernama David Alcorn. Dan desain ini merupakan epic atau
tiruan dari Half Dome, sebuah batuan
monolith raksasa yang ada Yosemite
National Park.
Half Dome yang menjadi inspirasi dasar dari logo brand The North Face
image: www.foxnews.com
Saat ini, hampir semua aktifitas
outdoor dan adventure, di berbagai belahan negara dunia sangat akrab dengan
brand ini. Ratusan atlit terbaik, dari berbagai bidang sport adrenaline yang
menguras nyali dan keberanian, disponsori oleh merek ini. Mulai dari rock
climbing, mountaineering, kayaking, hiking, base jumping, ski race, dan lain
sebagainya, The North Face dan logonya yang khas akan terlihat banyak bersliweran disana.
Tak dapat dipungkiri, saat ini
merek ini mungkin merajai pasar outdoor dan adventure dunia, sebagai salah satu
brand yang paling populer dan terkenal.
Lalu sekarang, selain terkenal
sebagai brand outdoor paling tajir di
dunia, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan The North Face, kita akan coba
mengobrol tentang hal ini pada postingan kali ini.
Setidaknya ada enam sisi bagian utara di dunia yang mendapat gelar The North Face, mulai dari Eiger di
Switzerland hingga Everest di Himalaya. Namun kali ini, kita akan mencoba
mengobrol tentang tiga saja tebing The North Face di dunia, yang merupakan Trilogy
of The North Face, tiga tebing maut sisi utara paling mematikan di
dunia, yang kesemuanya berada di kawasan Eropa, menjadi penghias kilauan
jajaran pegunungan Alpen yang mempesona.
Tiga tebing ini sering disebut
juga sebagai the great north face of the Alps.
Lalu mana sajakah yang masuk
dalam trilogy of the north face, ini dia sedikit datanya.
Pertama, The North Face of Grandes Jorasses Of Mont
Blanc.
Grandes Jorasses berada dalam
kawasan negara Perancis dan bagian Aosta Valley Italia, menjulang dengan
ketinggian 13.806 ft atau 4.208 mdpl.
Jalur termudah menuju puncak
gunung adalah melaui Pointe Walker, dan pertama kali berhasil dipuncaki oleh Horace
Walker dan guidenya Melchior Anderegg, dan penamaan
jalur ini pun, mengambil nama akhir dari Horace Walker.
Grandes Jorasses memiliki banyak
puncak, mulai dari yang tertinggi bernama Pointe
Walker, Pointe Whymper, Pointe Croz, Pointe Margharita, Pointe Elena, dan
yang terendah adalah Pointe Young
dengan ketinggian 13.110 ft.
Dan yang paling menarik dari
gunung ini bukanlah banyak puncaknya, namun sebuah tebing dengan ketinggian
lebih dari 1km yang membentang dari dasar lembah Leschaux Glacier hingga mengarah langsung ke Pointe Walker di
puncaknya. Tebing ini berada di sisi gunung bagian utara gunung Grandes
Jorasses, dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adalah salah satu
anggota dari trilogy of the north face di pegunungan Alpen.
Secara detail, North Face of
Grandes Jorasses memiliki ketinggian sekitar 1200 meter atau 3.900 ft. Dan
jalur klasiknya adalah Walker Spur yang mengarah langsung ke Pointe Walker. Walker Spur juga dalam
beberapa kesempatan sering disebut dengan nama Cassin, Esposito, atau Tiponi
dengan tingkat kesulitan berada pada skala 5c /6a.
Salah satu pendaki perempuan
ternama yang berhasil memuncaki North Face of Grandes Jorasses ini adalah Alison
Hargreaves melalui jalur Croz Spur. Alison melakukan ini dalam project
tournya mendaki enam terbing utara tersulit di pegunungan Alpen, dan tentu
saja, North Face of Grandes Jorasses masuk dalam salah satunya.
The North Face of Grandes Jorasses
North Face kedua, The North Face
of Matterhorn.
Matterhorn adalah salah satu
gunung paling cantik dari sisi bentuknya menurut saya, menjulang tinggi ke
angkasa seperti tanduk kerbau yang runcing dan melengkung.
Matterhorn nerupakan sebuah
gunung yang berada dalam kawasan negara Italia dan juga Switzerland,
ketinggiannya mencapai 4.478 Mdpl atau 14.692 ft.
Dari sisi sejarah pendakian,
Matterhorn tidak dapat dipisahkan dengan nama besar alpinis Perancis, Jean Antonie
Carrel. Ia bersama sang paman Jean Jaques Carrel adalah dua orang
pertama yang berusaha mendaki gunung tanduk kerbau ini, meskipun gagal sampai
ke puncak, Carrel dan pamannya berhasil mendaki hingga ke titik 3.800 meter.
Kegagalan pada percobaan pertama
tidak membuat Carrel jera, beberapa kali ia kembali ke Matterhorn, namun tetap
gagal. Pencapaiannya yang tertinggi sebelum pristiwa first ascent Matterhorn
adalah, ketika 1963 Jean Antonie Carrel
bersama Cesar Carrel, John Tyndall, Anton Walters, dan J.J
Bennen, sebelum kembali turun karena gagal mencapai puncak Matterhorn,
Jean Antonie mengatur pendakian untuk menapai titik 4.248 mdpl di bahu gunung
Matterhorn. Pencapaian Carrel ini dinamakan dengan sebutan Pic Tyndall, sebagai penghormatan mereka kepada John Tyndall yang
merupakan client Carrel pada ekspedisi tersebut.
Akhirnya orang yang beruntung
menjadi first ascent of Matterhorn adalah Edward Whymper bersama ke enam orang
rekan mendakinya pada 14 Juni 1965, namun nasib naas menimpa mereka ketika
perjalanan turun, empat orang dari anggota team ditelan avalanche saat melewati
Matterhorn Glacier, bahkan satu jenasah tidak pernah ditemukan hingga saat ini.
Tiga hari setelah Whymper dan
timnya mencapai puncak, Jean Antonie Carrel bersama rekannya Jean
Baptize Bich, juga mencapai puncak Matterhorn dari sisi Italia.
Dari fakta ini yang terjadi di
gunung Matterhorn ini kita dapat juga belajar, betapa persaingan dan
pertarungan tak tertulis antara para pendaki gunung untuk menjadi yang pertama
disebuah puncak yang belum pernah dijelajahi, sangatlah ketat dan panas.
Meskipun Carrel berulang ulang datang ke Matterhorn untuk menjadi the First
Ascent, nasib berkata lain, Edward Whymper lah yang beruntung, dan nama serta
wajahnya lah yang dicetak pada plakat penaklukan gunung Matterhorn, bukan Carrel
yang mungkin rasanya lebih pantas.
Karena itu juga adalah bagian
dari hukum gunung, tidak hanya kemampuan, skill, dan gears yang akan menjamin
keberhasilan, faktor keberuntungan dan nasib juga menjadi hal yang akan
menentukan. Carrel kalah dalam perlombaan di Matterhorn, meskipun sejarah
Matterhorn tak pernah bisa dilepas dari nama besarnya.
Jean Antonie Carrel dan North Face of Matterhorn
Setelah Matterhorn berhasil
berhasil dipuncaki, masalah belum selesai, sisi utara atau North Face of
Matterhorn tetap menjadi tak tertaklukkan hingga tahun 1931, hingga tebing ini
pernah dijuluki sebagai masalah terakhir pegunungan Alpena atau the last problem of Alps.
Pencapaian sisi utara Matterhorn
dilakukan secara tak terduga, tanpa publikasi dan gembar gembor, dilakukan oleh
dua kakak beradik dari Munich, Jerman, bernama Franz Schmid dan Toni
Schmid. Mereka memang melakukan pendakian ini secara rahasia, dari
rumah mereka di Munich mereka bersepeda menuju Matterhorn, dan setelah sukses
menyelesaikan the last problem of Alps, mereka kembali mengayuh sepeda mereka
pulang ke rumah.
Nama besar yang juga pernah
melakukan pendakian langsung ke puncak Matterhorn melalui sisi utara adalah Walter
Bonatti, salah satu
mountaineer legendaries dari Italia.
Sedangkan untuk speed rekornya
saat ini, masih tetap dipegang oleh si Swiss Machine, Ueli Steck, dengan
catatan waktu 1 jam 56 menit.
Tebing utara ketiga, North Face of the Eiger.
Eiger North Face adalah nama dan
tempat yang paling populer dalam sebutan nama The North Face, dan yang pertama
sebagai granit terbesar dalam jajaran Trilogy north face of the Alps.
Sejarah pencapaian puncak gunung
ini, dan pertarungan para pendaki yang mendakinya telah saya tulis dalam
postingan beberapa waktu yang lalu, silahkan klik disini untuk membacanya kembali.
Dan sekarang kita khusus akan
berbicara mengenai sisi The North Face nya saja.
Eiger North Face atau sisi utara
gunung Eiger, tepatnya sisi utara barat daya. Adalah sebuah tebing granit
raksasa dengan ketinggian 1.800 Meter atau 5.900 ft dengan kemiringan hampir tegak
lurus disemua permukaan tebing.
Beberapa kali usaha dalam
mencapai puncak Eiger melalui sisi utara berbuah malapetaka, salah satu yang
terkenal adalah ketika dua pendaki muda dari Bavaria, Jerman bernama Karl Muhringer dan Mark
Sedlemeyer, yang selama berhari hari pada ketinggian 3.300 meter
dihantam badai, longsoran salju, avalanche, serta juga kabut tebal yang
menutupi pandangan.
Hampir selama lima hari Karl dan
Mark terjebak dalam bivak mereka diketinggian mengerikan gunung Eiger ini.
Hingga sekitar seminggu kemudian,
cuaca benar benar cerah dan langit biru benderang di atas puncak Eiger, dua
pendaki muda Jerman itu ditemukan telah tewas mebeku mengenaskan di dalam bivak
mereka.
Dan saat ini tempat dimana kedua
orang pendaki muda itu tewas disebut dengan Bivak
Kematian atau Death Bivouac.
Akhirnya Eiger North Face
terpecahkan kebuntuaannya pada tanggal 24 Juli 1938, empat orang pendaki yang
tergabung dalam tim Jerman – Austria
berhasil mencapai puncak Eiger melalui tebing The North Face. Keempat orang
tersebut adalah Anderl Heckmair, Ludwig Forg, Heinrich Harrer, dan Fritz
Kasparek.
Sebenarnya keempat orang ini
bukanlah satu team, mereka adalah dua tim independent yang sama sekali tidak
saling kenal. Namun tantangan dan kesulitan mengalahkan kengerian tebing utara
Eiger mempersatukan mereka dalam sebuah tim yang bahu membahu saling membantu
menuju puncak menara Eiger. Dibawah komando pendaki paling berpengalaman
diantara mereka, Heckmair, semua anggota tim sukses meraih puncak Eiger melalui
rute North Face pada jam empat sore.
Setelah turun dari puncak melalui
jalur normal, Heckmair memberikan keterangan tentang kerjasama mereka sebagai
tim di atas granit raksasa North Face tersebut dengan kalimat.
“… We, the sons of older Reich, United with our companions from the
Easten Borders to march together to victory…”.
Anderl Heckmair dan rute tempuhnya di Eiger North Face
Selanjutnya pada tahun tahun
terakhir atau yang paling actual ada beberapa nama yang mencatatkan namanya di
tebing utara Eiger.
Seperti Daniel Arnold yang
mengalah rekor Ueli Steck dengan catatan waktu 2 jam 28 menit 20 April 2011.
Pada waktu sebelumnya 07 Agustus
2008, mendiang Dean Potter yang melakukan free solo dan free base dari Deep Blue Sea dengan tingkat kesulitan
5.12+.
Kemudian Sasha Digiulian yang
menjadi perempuan pertama di dunia yang berhasil mengikuti rute Magic Musroom bersama salah seorang
rekannya dari Adidas athlete ambassador.
Dan yang terakhir, adalah pada 17
November 2015 kemarin, Ueli Steck kembali merebut rekornya
dengan catatan waktu 2 jam 22 menit 51 detik.
***
Dan tidak tahu, pada waktu
mendatang rekor apa lagi yang tercipta dari icon pegunungan Alpen ini.
Yang pastinya, para penjelajah
dan pendaki gunung akan terus berekplorasi mencari cara yang lebih sulit lagi
untuk mengekplotasi batas kemampuan mereka.
Dan dunia pendakian gunung akan
selalu meberikan tantangannya.
Salam.
Artikel menarik lainnya :
- Pertarungan para pendaki di Hkakabo Razi
- Berita baik sekaligus buruk ketika demam mendaki gunung mulai sembuh
- Pendaki perempuan paling berprestasi di dunia
Sntaoutdoor adventure jacket
Waterproof, Windproof, and breathable
Rp, 395.000
Wa ; 081254355648 / Bbm : 7FA908A3 / line : Arcopodostore
jadi dialog film nordwand, "mereka datang dengan kereta pulang dengan peti mati"
ReplyDeletetulisannya keren" mas, bersyukur bs jd pembaca di journal ini
ReplyDeletekeep posting!