Lima orang terbaik yang diutus
oleh The North Face dan National Geographic pada 2014 untuk menjejakkan kaki
mereka di puncak menara Asia Tenggara, Hkakabo Razi, yang dalam data
ensiklopedia menyebutkan memiliki ketinggian 5881 Mdpl, berakhir dengan senyum
kecut dan penuh rasa kecewa, kelima orang atlet pendaki gunung, ski, dan super ekplorer
belum berhasil mengalahkan kekokohan gerigi maut puncak menara asia tenggara ini.
Mungkin terasa asing bagi kita
mendengar nama gunung ini, Hkakabo Razi memang tidak setenar Everest, sepopuler
Elbrus, semenakutkan K2, atau se icon dengan Eiger, namun, meskipun ia adalah
gunung tak terkenal dengan ketinggian tidak mencolok, mungkin hanya puncak
Hkakabo Razi saat ini yang masih menyandang sebuah predikat sebagai puncak tak
terkalahkan.
Pendaki Jepang, Takashi Ozaki,
dan juga atlet mountaineering Myanmar, Nyima Gyaltsen, pada informasi
ensiklopedia menyebutkan telah berhasil memuncaki
gunung tangguh ini, namun pada banyak tulisan dan literature, juga dari
berbagai data yang banyak dipublikasikan oleh journal jurnal mountaineering menyebutkan jika
Hkakabo Razi, si gunung bisu menara Asia Tenggara, hingga saat masih memiliki
status perawan, alias belum satu orang pun yang mampu menjejakkan kaki di
puncaknya.
Ada banyak hal yang membuat
Hkakabo Razi seolah tidak tersentuh oleh maraknya jamahan para pemuncak gunung.
Selain untuk mencapai kaki gunungnya sendiri yang membutuhkan waktu lebih sebulan, jalurnya menuju puncaknya sendiri masih merupakan puzzle atau teka teki yang sulit untuk dipecahkan. Tidak mengherankan jika kita membaca tulisan Mark Jenkins pada National Geographic edisi September 2015, keterpencilan Hkakabo Razi dan kesulitannya mampu mengalahlah lima orang terbaik dari salah satu ekspedisi besar dengan dukungan brand raksasa dunia, membuat semua kemampuan mereka selama ini yang disanjung puji, menjadi tak banyak berarti setelah tiba di Hkakabo Razi.
Selain untuk mencapai kaki gunungnya sendiri yang membutuhkan waktu lebih sebulan, jalurnya menuju puncaknya sendiri masih merupakan puzzle atau teka teki yang sulit untuk dipecahkan. Tidak mengherankan jika kita membaca tulisan Mark Jenkins pada National Geographic edisi September 2015, keterpencilan Hkakabo Razi dan kesulitannya mampu mengalahlah lima orang terbaik dari salah satu ekspedisi besar dengan dukungan brand raksasa dunia, membuat semua kemampuan mereka selama ini yang disanjung puji, menjadi tak banyak berarti setelah tiba di Hkakabo Razi.
Hkakabo Razi adalah sebuah puncak
gunung yang terletak di Myanmar, terdiri dari beberapa gugusan pegunungan yang
berdiri diluar jalur Himalaya. Secara geografis, puncak Hkakabo Razi adalah
puncak tertinggi yang berada dalam kawasan asia Tenggara.
Jadi meskipun kita dapat berbangga hati dengan Cartenz Pyramid yang menjulang gagah di negeri Cenderawasih, bernaungkan kibaran merah putih, namun untuk kawasan Asean, Cartenz Pyramid sungguh pun lebih populer karena masuk dalam jajaran seven summit dunia, sebagai raja, Hkakabo Razi tetap berada di atasnya.
Jadi meskipun kita dapat berbangga hati dengan Cartenz Pyramid yang menjulang gagah di negeri Cenderawasih, bernaungkan kibaran merah putih, namun untuk kawasan Asean, Cartenz Pyramid sungguh pun lebih populer karena masuk dalam jajaran seven summit dunia, sebagai raja, Hkakabo Razi tetap berada di atasnya.
Sebelumnya pernah ada perdebatan
tentang mana puncak tertinggi untuk Asia Tenggara ini, dua kandidat yang
menjadi bahan perdebatan adalah Razi bersaudara, yaitu Hkakabo Razi sendiri,
dan saudaranya Gamlang Razi yang juga merupakan pegunungan misterius dengan
puncak tak terjelajah. Namun belakangan semakin diketahui dengan yakin, bahwa
Hkakabo Razi berada diatas Gamlang Razi dengan perbedaan elavasi hingga
seratusan meter.
Gamlang Razi berada pada elevasi
5750 an meter dari permukaan laut, sedangkan Hkakabo Razi menjulang seratusan
meter di atasnya, dan untuk angka pasti berapa ketinggian Hkakabo Razi yang
sebenarnya, belum ada pendaki yang dapat memberinya angka secara pasti, karena
puncaknya masih tak tersentuh.
Ditengah komersialisasi yang
begitu memilukan untuk tempat tempat adventure seperti sekarang ini, beberapa
jiwa penjelajah yang serius tentu merindukan beberapa teknik penjelajahan gaya
lama, yang sepi, yang hening, yang terpencil, dan yang jauh dari segala
kebisingan yang mengganggu.
Orang orang bisa membayar helicopter
untuk mengantarkan mereka ke Base Camp Everest, membayar pesawat khusus dan
kapal special untuk menempatkan mereka di dua kutup, menyewa perahu motor canggih
untuk membelah sungai Amazon, membeli mobil super tangguh untuk melintasi
Gurun Sahara. Namun ketika kita memilih Hkakabo Razi, kita akan kembali ke 50 atau
70 tahun yang lalu, ketika semangat menjelajahi tempat tempat baru dengan
seperangkat kegigihan dan kesabaran, menjadi jauh lebih penting dari sekedar
gears gears mahal, dan teknologi masa kini.
Hkakabo Razi tak bisa dijangkau
dengan mobil Dakkar yang biasa berjibaku dengan lumpur, helicopter pun belum tersedia untuk mendrop
para pendaki hingga ke kaki gunung. Selama lebih dari sebulan perjalanan di
tengah hutan lembab yang gelap, penuh laba laba, phyton, bahaya nyamuk malaria,
dan segala tantangan lain yang akan melelehkan nyali.
“… anda bahkan bisa mati sebelum
melihat kaki gunungnya…” Komentar salah salu pendaki yang bersama team The
North Face dan National Geographic 2014.
Saya bukan penjelajah ulung, atau
pun pendaki yang tak kenal rasa takut. Saya hanyalah orang yang gemar dengan
kisah dan cerita tetang penjelajahan, yang juga mengagumi Ibnu Battutah si
pesintas dunia, pengagum Amundsen si pengarung kutub, atau pengagum Messner si
dewa puncak gunung. Dan saya senang mendengar kisah perjalanan dan dunia yang
mereka jelajahi.
Renan Osturk, salah satu brand ambassador dari The North Face saat mencoba meraih puncak sebelah sisi barat dari Hkakabo Razi
Dan jika perkiraan saya benar,
jika para pengarung dan penjelajah tangguh kembali rindu dengan segala model
petualangan gaya lama yang mandi dalam keterpencilan dan keterasingan, berkutat
dalam rimba tak bertepi, berbulan bulan dalam sepi bersandar alam raya dan mara
bahaya. Maka saya sepertinya akan menjadi sangat yakin jika Hkakabo Razi
sebentar lagi akan menjadi arena perlombaan para penjelajah gunung dunia.
Siapa yang akan menjadi peraih
puncaknya pertama kali, yang sungguh sungguh valid dan diakui, yang akan
menentukan ketinggian sebenarnya dari gunung tak terkalahkan ini.
Hkakabo Razi akan memanggil jiwa
menjelajah idola saya, pendaki gunung perempuan paling berprestasi di dunia, Gerlinde Kaltenbrunner.
Hkakabo Razi akan menantang
kemampuan speed climbing si Swiss Machine Ueli Steck.
Hkakabo Razi akan menantang solidnya
si bintang baru, Mike Libecki.
Atau Hkakabo Razi juga akan
mengundang pemain yang lebih tua, Reinhold Messner, Ed Viesturs, Peter
Whittaker, Simone Moro, Conrad Anker, dan yang lainnya.
Dan tentunya, Hkakabo Razi juga
akan menantang nyali para pamain muda yang sedang membara, Allex Honnold, David
Lama, Marin Jorgensen, Mike Libecki, Melissa Arnot, Dave Hann, Jimmy Chin, dan
sederet nama bintang lainnya.
Jika dulu perlombaan meraih
puncak gunung akan membawa nama negara, dan kali saya yakin pula jika Hkakabo
Razi akan menantang logo brand mana dulu yang akan berkibar dipuncaknya,, The North
Face kah, First Ascent kah, Mammut kah, Black Diamond kah…?
Atau brand brand lain yang jumlah ratusan itu..
Atau brand brand lain yang jumlah ratusan itu..
Sekali lagi, jika jiwa
petualangan gaya lama telah kembali, saya yakin Hkakabo Razi akan menjadi medan
pertempurannya.
Bagaimana menurut sahabat yang lain...?
Salam.
Baca juga :
- Lima alasan mendaki gunung secara solo
- Demam mendaki gunung yang berangsur sembuh
- Pendaki gunung perempuan paling hebat
No comments:
Post a comment